LAPORAN
PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI
DAN MORFOLOGI PISCES
Oleh
:
ELFI
RAHMI (1210422050)
Kelompok
: II(dua)
Nama
Anggota Kelompok :
1. Mahfud
Huda (1210422022)
2. Putri
Tri Ningsih (1210421006)
3. Rahmi (1210422010)
4. Novia
Liza R. (1210422042)
Asisten
Pendamping : Adha Rilascka

LABORATORIUM
TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
ANDALAS
PADANG,
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Vertebrata
adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang.
Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah
subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua
jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, “lintah laut”, atau hagfish), katak,
reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata
diketahui memiliki dua pasang tungkai (Djuhanda, 1974).
Jumlah spesies/jenis ikan adalah yang
terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah spesies hewan vertebrata lainnya. jumlah spesies ikan lebih
dari 27,000 di seluruh dunia yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jumlah
spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar 15 000 – 17 000 jenis,
dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut
Lagler et al. (1977) dari lima kelas vertebrata pisces terdiri atas 20
000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000 spesies (14,4%),
Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%) (Alamsjah, 1974).
Ikan dapat ditemukan di hampir semua perairan baik air tawar, air
payau maupun air asin dan juga pada
kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan air hingga beberapa ribu meter di
bawah permukaan air. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan
dibudidayakan dan dipelihara untuk hiasan dalam akuarium, yang
dikenal sebagai ikan hias (Affandi,1992)
Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di
perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari
keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut,
dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan
hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar (Affandi,1992)
Ikan
adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang
dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap
ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga pancing sering
disebut sebagai memancing. Hasil
penangkapan ikan seluruh dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton pertahun (Affandi,1992)
Sebagai bahan
pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat
baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan hewan
lainnya adalah kelengkapan komposisi
asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Karena besarnya peranan gizi bagi
kesehatan, ikan merupakan pilihan tepat untuk diet di masa yang akan datang.
Selain itu ikan juga baik dikonsumsi oleh anak-anak yang berfungsi dalam
perkembangan otaknya. Hal ini disebabkan karena beberapa jenis ikan mengandung
sumber DHA yang tinggi misalnya ikan tongkol dan ikan kod (Retno,2014)
Selain digunakan
sebagai bahan makanan ikan juga digunakan sebagi bahan obat-obatan. Salah satu
contohnya yaitu ikan gabus. Ikan gabus merupakan ikan ikan air tawar. Ikan
gabus sangat kaya albumin, jenis protein yang mempercepat penyembuhan
pascaoperasi dan melahirkan. Zat ini juga membantu pertumbuhan anak dan
menambah berat badan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Keunggulan ikan gabus adalah
kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Kadar protein per 100 gram ikan gabus
setara ikan bandeng, tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan lele
maupun ikan mas yang sering kita konsumsi(Retno,2014)
Untuk mendukung
pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan adanya identifikasi
dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh ikan. Dengan melihat
morfologi ikan kita dapat mengelompokkan ikan/hewan air. Sistem atau cara
pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata kelas pisces ini adalah:
1.
Mengetahui struktur morfologi dari kelas pisces.
2.
Mengetahui karakter dan
sifat-sifat untuk pengidentifikasian dan pengklasifikasian kelas pisces.
3.
Untuk mengetahui
jenis-jenis dari kelas pisces.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pisces disebut hewan poikiloterm
karena suhu tubuh tidak tetap (berdarah dingin), yaitu terpengaruh suhu
disekelilingnya. Ikan bernafas dengan insang (operculum) dan dibantu oleh kulit, tubuh ditutupi oleh sisik dan
memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi berenang. Pada ikan
jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik, dan tubuh terdiri atas kepala
dan badan. Ikan berenang dengan bantuan sirip. Jumlah sirip pada berbagi jenis
ikan berbeda-beda.(Campbell, 2004)
Secara taksonomi,
ikan tergolong kelompok paraphyletic yang
hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang
penyusunnya, kelas pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan
Osteichtyes. Ciri- ciri kelas Agnatha adalah
mulut tanpa rahang ( bentuk bulat ) ,tubuh gilig/ silindris
tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip
berpasangan, cekung hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang
terletak dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh (Brotowidjoyo,1995).
Kelas Chondrichthyes (Ikan bertulang rawan) kerangkanya
terdiri atas tulang rawan dan bukan tulang keras. Ciri-cirinya memiliki
endoskeleton yang relative lentur yang terbuat dari tulang rawan, memiliki
rahang dan sirip berpasangan yang berkembang dengan baik, respirsi melalui
insang,pembuahan internal, bisa bertelur atau melahirkan anak, memiliki indera
yang tajam, termasuk system gurat sisi, suatu barisan organ mikroskopis yang
sensitive terhadap perubahan tekanan air di sekitarnya.
Ikan bertulang rawan sebagian besar hidup di laut. Hewan
yang bertulang rawan di antaranya termasuk hiu, ikan pari, dan chimaera. Hiu
bertubuh langsing. Bagian atas sirip ekornya lebih panjang daripada bagian
bawah. Hiu tidak memiliki kantung udara. Ikan pari berbadan pipih atas
bawah.Tubuh pipihnya berperan untuk menyembunyikan diri di dasar perairan dan
untuk menggali pasir guna mencari makanan berupa hewan lunak dan udang-udangan.
Beberapa jenis ikan pari memiliki duri pada ekornya yang seperti pecut dan
berfungsi untuk melindungi dari serangan musuh.Jenis lainnya juga ada yang
memiliki sengatan listrik (Yasin, 1984).
Rahang dan sirip berpasangan berkembang dengan baik pada
ikan bertulang rawan. Subkelas yang paling besar dan paling beraneka ragam
terdiri dari hiu dan ikan pari. Subkelas kedua terdiri atas beberapa lusin
spesies ikan tidak umum yang disebut chimaera atau ratfish. Chondrichthyes
memiliki kerangka bertulang rawan dan kerangka bertulang rawan yang merupakan
karakteristik kelas itu berkembang setelahnya (Campbell, 2004).
Ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak ditemukan struktur
yang mirip paru-paru. Sistem ekskresi ikan seperti juga vertebrata lain yang
mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga
keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolism
protein. Untuk itu berkembang tiga tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan
metanefros. Pada ikan hiu fungsi duktus gonad dan ginjal telah berkembang
dilengkapi dengan duktus urinaria. Ginjal ikan harus berperan besar untuk
menjaga keseimbangan garam tubuh (Rudiyanto, 2011).
Beberapa ikan hiu, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar
bisa yang sangat beracun. Sebahagian besar racun itu sendiri adalah toksin
berasaskan protein yang menyebabkan kesakitan pada mamalia dan biasa juga
mengubah kadar degupan jantung dan pernafasan. Ada beberapa ikan hiu yang
mempunyai organ luminesen. Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme,
sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam memproduksi enzim. Susunan
substratnya disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive sebagai
katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu
menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik
(Benthobatis moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di
laut dalam
Osteichthyes atau ikan bertulang sejati, terdiri atas kurang
lebih 25000 spesies baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies.
Tubuh berukuran antara 1 cm dan lebih dari 6m, ikan bertulang keras sangat
melimpah di laut dan hampir setiap habitat air tawar dan merupakan vertebrata
yang paling sukses, dan yang berkembang menjadi vertebrata darat atau
tetrapoda(Kottelat, 1993)
Ciri-ciri
Kelas Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati) yaitu kulit ditutupi dengan sisik
dermal yang pipih atau plat tulang, tapi kadang-kadang tidak bersisik. Rahang
merupakan struktur yang kompleks dibangun oleh sejumlah tulang sejati terutama
tulang dermal (unsur tulang rawan yang direduksi). Pada umumnya rangka terdiri
atas tulang sejati, tapi tulang rawan terdapat pada beberapa golongan
(Coelacanthiformes dan Acipenseridae). Ruang insang ditutupi dengan tiga tulang
dermal yang besar disebut operculum. Tiap lengkung insang berfilamen (septum
direduksi dan tidak melebihi panjang filamen). Paru-paru atau gelembung renang
berkembang sebagai penonjolan keluar dari saluran pencernaan makanan (Alamsjah,1974)
Ikan bertulang sejati berbeda dengan
ikan bertulang rawan dalam berbagai hal. Salah satu perbedaannya ialah pada
perkembangan paru-paru dan gelembung renang sebagai suatu divertikulum dari
usus bagian depan. Gelembung renang merupakan alat hidrostatik, sedangkan
paru-paru merupakan ciri khas dari tiga subclass ikan bertulang sejati yaitu
Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii di dalamnya termasuk Rhipidistia
yang sekarang telah musnah yang diduga merupakan leluhur dari tetrapoda, dan
ikan paru-paru sekarang. Pada subkelas ketiga yaitu Actinopterygii divertikulum
dari usus depan berkembang menjadi gelembung renang yang mempunyai fungsi
sebagai alat hidrostatik(Kimball, 1983)
Hampir semua ikan bertulang sejati
memiliki endoskeleton dengan matriks kalsium fosfat yang keras. Kulitnya
seringkali tertutupi dengan sisik pipih bertulang yang berbeda strukturnya dari
sisik berbebtuk gigi pada hiu. Kelenjar pada kulit ikan bertulang keras,
menekresikan mukus yang memberikn hewan itu kulit licin yang khas, suatu
adaptasi yang mengurangi gesekan selama berenang sama dengan hiu, ikan
bertulang memiliki sistem gurat sisi yang tampak jelas sekali sebagai barisan
saluran kecil pada kulit disetiap sisi tubuh (Kottelat,
1993).
Ikan bertulang sejati bernafas melewatkan air melalui empat
atau lima pasang insang Air disedot ke dalam mulut, melalui faring, dan keluar
diantara celah insang karena pergerakan operkulum dan kontraksi otot yang
mengelilingi ruang insang tersebut. yang terletak di dalam ruangan-ruangan yang
tertutup oleh suatu penutup pelindung yang disebut operkulum. Proses ini
memungkinkan seekor ikan bertulang untuk bernafas saat diam atau tidur.
Adaptasi lain dari sebagian besar ikan bertulang keras yang tidak ditemukan
pada hiu adalah gelembung renang suatu kantung udara yang membantu mengontrol pengambangan ikan tersebut. Perpindahan
gas-gas antara kantung renang dan darah mengubah volume kantong itu dan
menyesuaikan kerapatan ikan. Akibatnya, banyak ikan bertulang keras, berlawanan
dengan sebagian besar hiu, dapat menghemat energi dengan cara tidak bergerak (Storer,
1957).
Ikan bertulang sejati umumnya adalah perenang yang dapat
mengontrol arah, siripnya yang lentur lebih sesuai untuk pengendalian dan
pendorongan dibandingkan dengan sirip hiu yang lebih kaku. Ikan bertulang keras
yang paling cepat, yang dapat berenang dalam jarak pendek dengan kecepatan
mencapai 80 km/jam, memiliki bentuk badan dasar yang sama dengan hiu. Ternyata,
bentuk tubuh ini yang disebut fusiform (yang meruncing pada kedua ujung),
sangat umum ditemukan pada semua ikan perenang cepat dan mamailia air seperti
anjing laut dan paus. Air kurang lebih ribuan kali lebih rapat dibandingkan
dengan udara dan dengan demikian tonjolan sedikit saja yang menyebabkan gesekan
akan lebih mengganggu pada ikan dibandingkan pada burung. Terlepas dari asal
usul mereka yang berbeda, kita seharusnya memperkirakan bahwa ikan perenang
cepat da mamalia laut memiliki bentuk yang langsing karena hukum hidrodinamika
bersifat universal. Inilah contoh lain evolusi kovergen (Sjafei,
1989.)
Rincian mengenai reproduksi ikan bertulang keras sangat
bervariasi. Sebagian besar spesies adalah hewan ovivar, yang bereproduksi
dengan fertilisasi eksternal setelah betina melepaskan sejumlah besar telur
kecil. Namun demikian, fertilisasi internal dan kelahiran merupakan karakteristik
spesies yang lain (Bond, 1979)
Baik ikan bertulang rawan maupun ikan bertulang keras
menjadi sangat beranekaragam selama masa Devon dan Karboniferus, tetapi jika
hiu pertama kali muncul dilaut, ikan bertulang keras muncul pertama kali di air
tawar. Gelembung renang telah termodifikasi dari paru-paru sederhana yang telah
membantu memperbesar pertukaran gas pada insang, mungkin di dalam kolam atau
rawa yang tenang dengan kandungan oksigen yang rendah. Kedua kelompok utama
(subclass) ikan bertulang keras yang ada saat ini telah memisah di akhir masa
Devon (Rahardjo,
1980)
I.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum Taksonomi
Hewan Vertebrata dilaksanakan pada hari Senin, 3 Maret 2014 dan10 Maret 2014
pukul 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan I, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
1.2
Alat
dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan adalah bak bedah, jangka sorong dan penggaris. Sedangkan
bahan yang digunakan pada praktikum ikan air tawar yaituCyprinus carpio(ikan mas),Osphronemous
gourami (ikan gurami), Clarias
batrachus(ikan lele), Rasbora sp.
(ikan pantau), Barbodes binotatus(ikan
kapareh) dan Nemacheilus pfeifferae (ikan
tali-tali), sedangkan bahan ikan air laut adalah Upeneus sulphureus (ikan pinang-pinang), Sarda orientalis (ikan tongkol), Leiognathus splendens (ikan maco kecil), Carangoides
talamparoides(ikan maco besar) dan Sphyraena
putnamae(ikan
tete).
1.3
Cara
Kerja Praktikum
Ikan diletakkan di atas bak bedah
dengan kepala di sebelah kiri. Kemudian diambil gambar menggunakan kamera
digital dengan penggaris sebagai alat pembanding ukuran. Selanjutnya dilakukan
pengukuran dan penghitungan karakter morfogenik yaitu panjang total (PT), panjang
standar(PS), tinggi batang ekor(TBE), panjang batang ekor(PBE), panjang
predorsal (PPr), panjang dasar sirip dorsal(PdSD), panjang dasar sirip
anal(PdSA),tinggi badan(TB),panjang sirip pectoral (PSP), panjang sirip
pelvic(PSPe), panjang sirip dorsal terpanjang(PDT), panjang kepala(PK), panjang
moncong(PM), diameter mata(DM), panjang rahang atas(PRA), jumlah duri
dorsal(JDD), jumlah duri lunak dorsal (JDLd), duri anal (DA), duri lunak anal
(DLA), duri pektoral total (DPT) dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG). Selain
itu juga dilakukan pengamatan terhadap tipe mulut, tipe ekor, tipe sisik,
sungut serta warna ikan dan dicatat pada tabel yang telah disediakan.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Cyprinus carpio
Klasifikasi

Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Vern name : Ikan mas ,Linnaeus, 1758 (FishBase, 2014)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 7.5 cm, panjang standar (PS) 6 cm, tinggi batang
ekor(TBE) 1 cm, panjang batang ekor(PBE) 0.8 cm, panjang predorsal (PPr) 2.8
cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 2 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.4
cm,tinggi badan(TB) 2.5 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.3 cm, panjang sirip
pelvic(PSPe) 0.3 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 0.5 cm, panjang
kepala(PK) 2 cm, panjang moncong(PM) 0.8 cm, diameter mata(DM) 0.5 cm, panjang
rahang atas(PRA) 0.4 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 17 buah, jumlah duri lunak
dorsal (JDLd) 16 buah, dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 30 buah. Ikan mas
memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik cycloid, tidak
mempunyai sungut, dan berwarna keemasan.Indeks panjang kepala adalah 3.75 dari
panjang total.Indeks tinggi badan adalah 3 dari panjang total.Indeks lebar mata
adalah 5 dari panjang kepala.
Hal in sesuai dengan pendapat Djuhanda (1981), Cyprinus carpio L. mempunyai tubuh simetri bilateral. Tubuh ikan
terbagi atas tiga bagian, yakni kepala, batang tubuh, dan ekor, serta memiliki
garis literalis (gurat sisi). Pada ujung kepala terdapat mulut yang berbentuk
terminal, yakni mulut terletak di ujung hidung dan mulut dapat disembulkan. C. carpio L. mempunyai organ seperti
kumis di bagian samping mulut. Memiliki mata yang terletak pada bagian lateral
kepala yang saling bersebelahan. Di bagian lateral kepala belakang mata terdapat operkulum yang merupakan
penutup insang. Sirip punggung tunggal,mempunyai sungut, tipe sisik siknoid, sirip
ekor homocercal. Habitat hidup di air laut dan air payau.Keunikan dari ikan ini adalah sangat mudah
sekali bertelur
dan sisik keperakan
keemasan.
4.2 Clarias bathracus

Klasifikasi ikan lele
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Siluriformes
Family :
Clariidae
Genus :
Clarias
Spesies : Clarias bathracus(Linnaeus, 1758)
(FishBase, 2014)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 24 cm, panjang standar (PS) 21 cm, tinggi batang
ekor(TBE) 2 cm, panjang batang ekor(PBE) 0.9 cm, panjang predorsal (PPr) 7 cm, panjang
dasar sirip dorsal(PdSD) 13.8 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 10.5 cm,tinggi
badan(TB) 3.5 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 1.3 cm, panjang sirip
pelvic(PSPe) 0.7 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1 cm, panjang
kepala(PK) 5.5 cm, panjang moncong(PM) 2 cm, diameter mata(DM) 0.4 cm, panjang
rahang atas(PRA) 1.5 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 9 buah, jumlah duri lunak
dorsal (JDLd) 8 buah, duri anal (DA) 6 buah, duri lunak anal (DLA) 5 buah, duri
pektoral total (DPT) 7 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 10 buah. Ikan
lele memiliki tipe mulut inferior, tipe ekor forked, tipe sisik cyclonoid,
mempunyai sungut, dan berwarna hitam.Indeks panjang kepala adalah 4.36 dari
panjang total.Indeks tinggi badan adalah 6.85 dari panjang total.Indeks lebar
mata adalah 13.75 dari panjang kepala.
Saat pengamatan terlihat kepala lele berbentuk pipih ke bawah
(depressed) dengan panjang hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Sesuai pendapat Puspowardoyo (2002), bagian
kepala lele dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras. Di dalam bagian kepala
ini terdapat rongga yang terletak di atas insang. Di ruangan inilah terdapat
alat pernapasan tambahan berupa labirin (aborescent). Dengan alat pernapasan
tambahan ini memungkinkan lele menghirup oksigen yang berasal dari luar air.
Biasanya, lele melakukan hal ini dengan cara menyembul atau melewati permukaan
air. Mulut lele dilengkapi dengan gigi, tetapi hanya berupa permukaan kasar di
mulut bagian depan. Lele juga memiliki empat pasang sungut (delapan buah) yang
letaknya di sekitar mulut, yakni masing-masing sepasang sungut hidung, sepasang
sungut mandibular luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan sepasang sungut
maxilar. Selain itu lele memiliki sepasang lubang hidung (nostrils) yang
letaknya di bagian anterior. Lubang hidung tersebut sangat sensitif dan
berfungsi untuk mendeteksi bau.
Lele memiliki
sepasang mata yang bentuknya kecil. Mata lele ini dapat mengenali atau
mengidentifikasi warna pada obyek yang dilihatnya. Untuk memfokuskan pandangan,
lensa mata dapat bergerak keluar masuk. Lele mempunyai bentuk badan yang unik dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya, seperti nila, ikan mas, bawal, ataupun gurami. Lele
mempunyai bentuk tubuh cenderung bulat dan memanjang serta tidak bersisik.
Warna tubuhnya hijau kelabu sampai hitam. Badannya licin karena kulitnya
dilapisi lendir. Jika diamati, ada tiga bentuk potongan melintang pada ikan
lele, yaitu pipih ke bawah, pipih ke samping (compressed), dan bulat. Bentuk
pipih ke bawah merupakan bentuk kepala, potongan membulat ada di bagian tengah
badan, sedangkan bagian belakang tubuh cenderung pipih ke samping (Djuhanda,
1981)
Lele dilengkapi
lima buah sirip, di antaranya sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip
dubur, dan sirip ekor. Masing-masing sirip tersebut terpisah satu sama Iain. Sirip
punggung memiliki panjang hampir memenuhi tiga perempat panjang badan,
memanjang hingga hampir mencapai sirip ekor. Sirip ekor terletak di ujung
belakang badan, berbentuk bulat, dan berfungsi untuk bergerak. Sementara itu,
sirip perut dan sirip dubur terdapat di bawah sirip punggung dan bentuknya
membulat.
Sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umum
disebut patil. Patil merupakan senjata lele untuk membela diri. Selain itu,
patil berguna untuk menopang tubuh dan berjalan saat lele berada di darat
(Puspowardoyo,1993).
4.3 Osphronemus
goramy

Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Subfilum :
Vertebrata
Kelas :
Pisces
Ordo :
Perciformes
Family :
Belontiidae
Genus :
Osphronemus
Dalam praktikum didapatkan
data pengukuran dan penghitungan ikan gurami (Osphronemus goramy) dengan panjang total (PT) 21cm, panjang standar
(PS) 15,5cm, tinggi batang ekor (TBE) 2,5 cm, panjang predorsal (PPr) 8cm,
panjang dasar sirip dorsal (PdSD) 5,5cm, panjang dasar sirip anal (PdSA) 9cm,
tinggi badan (TB) 7,8cm, panjang sirip pectoral (PSP) 4cm, panjang sirip pelvic
(PSPe) 14,5cm, panjang sirip dorsal terpanjang (PDT) 4,5 cm, panjang kepala
(PK) 5 cm, panjang moncong (PM) 2cm, diameter mata (DM) 1 mm, jumlah duri
dorsal (JDD) 17, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 9, duri anal (DA) 27, duri
lunak anal (DLA) 15, duri pectoral total (DPT) 15,jumlah sisik gurat sisi (JSG) 15.
Ikan
ini tidak jauh berbeda dari ikan mas, Saat pengamatn terlihat bentuk
tubuh gurami agak panjang, tinggi, dan pipih ke samping. Bentuk
sirip ekor membulat. Ikan ini juga memiliki sepasang sirip perut yang telah
mengalami modifikasi menjadi sepasang benang panjang yang befungsi sebagai alas
peraba. Menurut Djuhanda (1981), panjang maksimum ikan gurami mencapai
65 cm. Ukuran mulut kecil, miring, dan dapat disembulkan. Gurami memiliki garis
lateral (garis gurat sisi atau linea literalis) tunggal, lengkap dan tidak
terputus, serta memiliki sisik berbentuk stenoid (tidak membulat secara penuh)
yang berukuran besar. Di daerah pangkal ekornya terdapat titik bulat berwarna hitam.
4.4
Nemacheilus
pfeifferae

Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Pisces
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Balitoridae
Genus :Nemacheilus
Spesies : Nemacheilus
pfeifferae
(Bleeker,
1853)
(FishBase, 2014)
Pada pengamatan didapatkan panjang
total (PT) 5.9 cm, panjang standar (PS) 4.4 cm, tinggi batang ekor(TBE) 0.5 cm,
panjang batang ekor(PBE) 0.3 cm, panjang predorsal (PPr) 2.2 cm, panjang dasar
sirip dorsal(PdSD) 0.8 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.3 cm,tinggi
badan(TB) 0.7 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.3 cm, panjang sirip
pelvic(PSPe) 0.2 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 0.6 cm, panjang
kepala(PK) 0.9 cm, panjang moncong(PM) 0.4 cm, diameter mata(DM) 0.2 cm,
panjang rahang atas(PRA) 0.1 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 14 buah, jumlah duri
lunak dorsal (JDLd) 5 buah, duri anal (DA) 6 buah, duri lunak anal (DLA) 3
buah, duri pektoral total (DPT) 9 buah. Ikan tali-tali memiliki sungut, dan
berwarna hitam.Indeks panjang kepala adalah 6.5 dari panjang total.Indeks
tinggi badan adalah 8.42 dari panjang total.Indeks lebar mata adalah 4.5 dari
panjang kepala.
4.5
Rasbora sp.

Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Pisces
Ordo :
Cyprinoformes
Family : Nemachellidae
Genus :
Rasbora
Spesies :Rasbora sp.
(FishBase, 2014)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 5.3 cm, panjang standar (PS) 4 cm, tinggi batang
ekor(TBE) 1.5 cm, panjang batang ekor(PBE) 1 cm, panjang predorsal (PPr) 2.3
cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 0.5 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.7
cm,tinggi badan(TB) 1.6 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.7 cm, panjang sirip
pelvic(PSPe) 0.4 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1 cm, panjang
kepala(PK) 1 cm, panjang moncong(PM) 0.3 cm, diameter mata(DM) 0.2 cm, panjang
rahang atas(PRA) 0.2 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 8 buah, jumlah duri lunak
dorsal (JDLd) 7 buah, duri anal (DA) 7 buah, duri lunak anal (DLA) 6 buah, duri
pektoral total (DPT) 9 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 24 buah. Ikan
pantau memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik cycloid,
tidak mempunyai sungut, dan berwarna hitam kekuningan.Indeks panjang kepala
adalah 5.3 dari panjang total.Indeks tinggi badan adalah 3.3 dari panjang
total.Indeks lebar mata adalah 5 dari panjang kepala.
Ikan Pantau
(Rasbora argirotaenia) termasuk dalam genus Rasbora mempunyai bentuk tubuh
memanjang hampir persegi dan ditutupi oleh sisik cycloid yang terdapat mulai
dari belakang kepala sampai kepangkal ekor. Perut membundar, sirip punggung
berukuran pendek tidak memiliki jari-jari lemak yang mengeras serta terletak di
belakang sirip perut bercagak (forked), posisi mulut terminal dan mulut tidak
memiliki sungut. Ikan dengan posisi mulut terminal baik mengarah ke atas maupun
kebawah menurut WHITTEN dan KOTTELAT dalam PAMUNGKAS (2000) kemungkinan besar
hidup di lapisan tengah perairan.
Puntius
binotatus
Klasifikasi ikan
kapareh

Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Puntius
Spesies : Puntius
binotatus(FishBase, 2014)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 9 cm, panjang standar (PS) 7 cm, tinggi batang
ekor(TBE) 0.9 cm, panjang batang ekor(PBE) 1.3 cm, panjang predorsal (PPr) 3.3
cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 1 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.6
cm,tinggi badan(TB) 2.4 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.3 cm, panjang sirip
pelvic(PSPe) 0.5 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1.3 cm, panjang
kepala(PK) 1.7 cm, panjang moncong(PM) 0.4 cm, diameter mata(DM) 0.5 cm,
panjang rahang atas(PRA) 0.3 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 8 buah, jumlah duri
lunak dorsal (JDLd) 7 buah, duri anal (DA) 6 buah, duri lunak anal (DLA) 5
buah, duri pektoral total (DPT) 8 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 24
buah. Ikan kapareh memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik
ganoid, tidak mempunyai sungut, dan berwarna hitam kekuningan.Indeks panjang
kepala adalah 5.29 dari panjang total.Indeks tinggi badan adalah 3.74 dari
panjang total.Indeks lebar mata adalah 3.4 dari panjang kepala.
Upeneus
sulphureus (ikan pinang-pinang)

Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Family : Mullidae
Genus :
Upeneus
Spesies : Upeneus sulphureusCuvier,
1829 (Kumaran dan Randall,
1984)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 12.5 cm, panjang standar (PS) 10 cm, tinggi
batang ekor(TBE) 1 cm, panjang batang ekor(PBE) 2.5 cm, panjang predorsal (PPr)
4cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) bagian pertama 1.9 cm bagian kedua 1.5 cm,
panjang dasar sirip anal(PdSA) 1.2 cm,tinggi badan(TB) 3.1 cm,panjang sirip pectoral
(PSP) 2.9 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 2 cm, panjang sirip dorsal
terpanjang(PDT) bagian pertama 2.5 cm bagian kedua 1.5 cm, panjang kepala(PK) 3
cm, panjang moncong(PM) 1.2 cm, diameter mata(DM) 0.9 cm , panjang rahang
atas(PRA) 0.2 cm. Jumlah duri dorsal(JDD) bagian pertama 7 buah bagian kedua 9
buah, duri anal (DA) 7 buah, duri lunak anal (DLA) 6 buah, duri pektoral total (DPT)
26 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 33 buah. Ikan pinang-pinang
memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik ctenoid, mempunyai
sungut/barble, mempunyai lateral lain
berwarna kuning dan berwarna keemasan.Indeks panjang kepala adalah 0.24 kali
dari panjang total. Indeks tinggi badan adalah 0.25 dari panjang total. Indeks
lebar mata adalah 0.3 kali dari panjang kepala.
Dari segi morfologinya ikan pinang-pinang memiliki
bentuk tubuh bundar, warna tubuh terang polos dengan gurat sisi berwarna
kekuningan-kuningan yang dimulai dari tutup insang sampai ekor. Ikan ini
memiliki sisik yang sangat jelas dengan tipe ctenoid. Tipe mulut subterminal
dan memiliki sepasang sungut, ikan ini terdapat di daerah dasar perairan air
laut atau payau dengan jenis makanannya berupa ikan-ikan kecil. Menurut Kumaran
(1984), ikan ini hidup pada kedalaman 10-90 m di daerah tropikal.

Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Family : Scombridae
Genus :
Sarda
Spesies :Sarda orientalisTemminck & Schlegel, 1844 (Collette dan
Nauen, 1983)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 17.5 cm, panjang standar (PS) 14 cm, tinggi
batang ekor(TBE) 1.5 cm, panjang predorsal (PPr) 5 cm, panjang dasar sirip
dorsal(PdSD) 2.5 cm, tinggi badan(TB) 3.4 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 1.5
cm,panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1.5 cm, panjang kepala(PK) 4 cm,
panjang moncong(PM) 1 cm, diameter mata(DM) 1 cm, panjang rahang atas(PRA) 1.5
cm, jumlah duri dorsal(JDD) 8 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 6 buah.
Ikan tongkol memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, sirip finlet, dan
berwarna perak kehitaman. Indeks panjang kepala adalah 0.23 dari panjang total.
Indeks tinggi badan adalah 0.19 kali dari panjang total. Indeks lebar mata
adalah 0.25 dari panjang kepala.
Ikan
tongkol merupakan ikan konsumsi dengan bentuk yang memanjang dan licin yang
dapat memudahkannya untuk berenang dengan cepat dia dalam air, sebagaimana
diketahui bahwa ikan tongkol adalah salah satu ikan perenang tercepat. Sesuai
dengan pendapat Djuhanda (1981), Bentuk tubuhnya seperti belubo
dengan kulit yang licin, sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya
sangat licin. Ikan tomgkol merupakan ikan perenang tercepat diantara ikan laut
yang berangka tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pangkalnya mempunyai lekukan pada
tubuh sehinggah sirip-sirp ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut
sehingga dapat mempperkuat daya gesekan
dari air saat ikan tersebut berenang cepat, da dibelakanng sirip punggungg dan
sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut emlet.

Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Family : Leiognathidae
Genus :
Leiognathus
Spesies : Leiognathus splendensCuvier,
1829 (Kimura, Peristiwady, Iwatsuki, Yoshino dan Dunlap, 2005)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 5.5 cm, panjang standar (PS) 4.4 cm, tinggi
batang ekor(TBE) 0.5 cm, panjang batang ekor(PBE) 0.5 cm, panjang predorsal
(PPr) 1.8 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 0.8 cm, tinggi badan(TB) 1.8 cm,panjang
sirip pectoral (PSP) 0.9 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 0.7 cm, panjang sirip dorsal
terpanjang(PDT) 0.8 cm, panjang kepala(PK) 1.8 cm, panjang moncong(PM) 0.3 cm,
diameter mata(DM) 0.5 cm, panjang rahang atas(PRA) 0.3 cm, jumlah duri
dorsal(JDD) 9 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 6 buah, duri pektoral total
(DPT) 6 buah. Ikan maco kecil memiliki tipe mulut terminal dan berwarna
keperakan.Indeks panjang kepala adalah 0.4 kali dari panjang total. Indeks
tinggi badan adalah 0.4 kali dari panjang total. Indeks lebar mata adalah 0.27
dari panjang kepala.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil sebagai
berikut : bentuk tubuh sangat pipih, tipe letak mulut superior, tipe sirip ekor
runcing, bentuk garis sisi (lateral line) melengkung, warna dan corak tubuh :
kepala berwarna abu-abu kehitaman, perut berwarna abu-abu keputihan, sedangkan
ekor berwarna abu-abu, bagian dan organ yang khas adalah bentuk tubuh yang
pipih dan memanjang, tipe mulut superior dan sisi yang tajam

Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Family : Carangidae
Genus :
Carangioides
Spesies : Carangoides talamparoides Bleeker, 1852 (Paxton, Hoese, Allen, dan Hanley, 1989)
Pada pengamatan
didapatkan panjang total (PT) 19 cm, panjang standar (PS) 15.5 cm, tinggi
batang ekor(TBE) 1.9 cm, panjang batang ekor(PBE) 2 cm, panjang predorsal (PPr)
6 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) bagian pertama 2 cm bagian kedua 4.5 cm,
panjang dasar sirip anal(PdSA) 5.5 cm,tinggi badan(TB) 5.5 cm,panjang sirip pectoral
(PSP) 2 cm,panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) bagian pertama 2.4 cm bagian
kedua 2.5 cm, panjang kepala(PK) 4.5 cm, panjang moncong(PM) 1.5 cm, diameter
mata(DM) 1.5 cm , panjang rahang atas(PRA) 1 cm. Jumlah duri dorsal(JDD) bagian
pertama 7 buah bagian kedua 13 buah,jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 17 buah,
duri anal (DA) 26 buah, duri lunak anal (DLA) 25 buah, duri pektoral total (DPT)
13 buah. Ikan maco besar memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe
sisik cycloid, tidak mempunyai sungut/barble,
dan berwarna keperakan. Indeks panjang kepala adalah 0.23 kali dari panjang
total. Indeks tinggi badan adalah 0.29 dari panjang total. Indeks lebar mata
adalah 0.33 dari panjang kepala.
Ikan maco sering dijumpai
di lingkungan dasar (demersal) perairan payau ataupun laut. Bentuk tubuhnya
pipih ramping dengan warna tubuhnya silver (terang polos). Tipe mulut ikan ini
terminal dan mulutnya prokontraktil, terdapat di bagian tengah perairan dengan
jenis makanannya berupa ikan-ikan kecil, kepiting, dan kerang. Menurut Rifai (1983),
ikan maco hidup dilaut pada kedalaman 10-100 m di daerah tropik dan tersebar
mulai dari India, Papua, Jepang, dan Australia. tipe ekor forked dan memiliki
sisik tipe ctenoid.

Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Family : Sphyraenidae
Genus :
Sphyraena
Spesies :Sphyraena putnamae Jordan & Seale, 1905(Randall, Allen, dan
Steene, 1990)
Pada pengamatan didapatkan
panjang total (PT) 34 cm, panjang standar (PS) 28,5 cm, tinggi batang ekor
(TBE) 2,2 cm, panjang batang ekor (PBE) 6 cm, panjang predorsal (PPr) 12,5 cm,
panjang dasar sirip dorsal (PdSD) bagian pertama 1.9 cm bagian kedua 1.5 cm,
panjang dasar sirip anal (PdSA) 2,4 dan 2,5 cm, tinggi badan (TB) 5 cm, panjang
sirip pectoral (PSP) 3 cm, panjang sirip pelvic (PSPe) 2,5 cm, panjang sirip
dorsal terpanjang (PDT) bagian pertama 2.5 cm bagian kedua 1.5 cm, panjang kepala
(PK) 2,5 dan 2,7 cm, panjang moncong (PM) 4,5 cm, diameter mata (DM) 1,5 cm ,
panjang rahang atas (PRA) 1,8 cm. Jumlah duri dorsal (JDD) bagian pertama 5
buah bagian kedua 9 buah, duri anal (DA) 9 buah, duri lunak anal (DLA) 8 buah,
duri pektoral total (DPT) 14 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi (JSG) 118 buah.
Ikan ini memiliki tipe mulut superior, tipe ekor forked, tipe sisik cycloid, tubuh
berwarna hitam keperakan.
4.2 Kunci Determinasi
1. a.
Ikan air tawar…………………………...……………… ……2
b. Ikan air
laut…………………………………..…….…………6
2. a.
Memilki pelvic yang bermodifikasi…………………………Osphronemus
goramy
b.
Tidak memiliki sirip pelvic……………………………..........3
3. a.Memiliki sungut………………………………………………4
b. Tidak memiliki
sungut………………………………………..5
4. a.Memiliki
sisik……………………………………………..... Nemacheilus
pfeifferae
b. Tidak memiliki
sisik………………………………………..Clarias batharacus
5.
a. Warna orange………………………………………………Cyprinus
caprio
b. Tidak bewarna orange……………….…………………… 6
6. a. tidak garis lateral tebal……………………………………..Barbodes binotatus
b. tidak memiliki garis lateral tebal………………………….Rasbora sp
7. a.
memiliki tipe mulut superior..............................................Sphyraena
putnamae
b. Tidak memiliki tipe mulut
superior...................................8
8. a.
Memiliki modifikasi sungut..............................................Upneus
sulphurens
b. Tidak memiliki modifikasi
sungut....................................9
9. a. Memiliki
finlet.................................................................Sarda
orientalis
b. Tidak memiliki
finlet......................................................10
10. a. Ukuran kecil
dari 6 cm...................................................Leiognathus
splendens
b. Ukuran
besar dari 6 cm....................................................Carangoides
talamparoides
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilaksaakan
dapat disimpulkan sbagi berikut:
1. Pada pengamatan terlhat bahwa hanya
ikan gurami yang memilki sisik tipe ekor membulat.
2. Ikan gurami memilki modifikasi perut
berbentuk benang panjang yang berfungsi sebagai sensor.
3. Ikan lele mempunyai sungut pada
bagian mulutnya yang berjumlah 4 pasang.
4. Hamper seluruh ikan pengamatan yang
memiliki sisik dengan tpe cycloid sedangkan ikan kapareh memilki sisik bertipe
ganoid.
5.
Pada Sarda orientalis ditemukan
finlet.
6.
Trichiurus lepturus memiliki
badan yang sangat panjang dan juga mempunyai gigi-gigi yang tajam.
7.
Leiognathus splendens
memiliki ciri khas berupa mulut prokontraktil.
5.2. Saran
Untuk pelaksanaan praktikum
selanjutnya sebaiknya semua anggota kelompok ikut dalam melakukan pengamatan,
agar waktu praktikum bisa dimanfaatkan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi,
R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman
Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Alamsjah,
Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
.
Bond,
C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Brotowidjoyo.
1995. Zoologi. Surabaya: penebar Swadaya.
Campbell,
N.A. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga
Djuhanda,T.
1981. Dunia Ikan. Bandung: Penerbit
Armiko
Kimball,
john. 1985. Biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga
Kottelat,
M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes
of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.
Kumaran,
M. And J. E. Randell. 1984. Upeneus sulphureus. http://fishbase.org,
Puspowardoyo,
H. dan Djarijah A.S. 2002. Pembentukan
dan pembesaran ikan lele Dumbo Hemat Air. Bandung: Kanisius
Rahardjo,
M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Retno,
Kentoro. Ikan gabus konsumsi dan
khasiatnya. http://www.soneta.org.
diakses pada 6 Maret 2014.
Rifai,
Sjamsudin Adang, dkk. 1983. Biologi Perikanan 2. Jakarta; Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan.
Sjafei,
D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Storer,
T.J. and R.L. Usinger. 1957. General
Zoology. McGraw Hill Book
Company,
Inc., New York.
Yasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan
Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar