Minggu, 19 Oktober 2014



LAPORAN PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI DAN MORFOLOGI PISCES


Oleh :
ELFI RAHMI (1210422050)
Kelompok : II(dua)
Nama Anggota Kelompok :
1.    Mahfud Huda         (1210422022)
2.    Putri Tri Ningsih     (1210421006)
3.    Rahmi                      (1210422010)
4.    Novia Liza R.          (1210422042)

Asisten Pendamping : Adha Rilascka


LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.                   PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, “lintah laut”, atau hagfish), katak, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai (Djuhanda, 1974).
Jumlah spesies/jenis ikan adalah yang terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah spesies hewan vertebrata lainnya. jumlah spesies ikan  lebih dari 27,000 di seluruh dunia yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jumlah spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar 15 000 – 17 000 jenis, dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas vertebrata pisces terdiri atas 20 000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000 spesies (14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%) (Alamsjah, 1974).
      Ikan dapat ditemukan di hampir semua perairan baik air tawar, air payau maupun air asin dan juga  pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan air hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan air. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan dan dipelihara untuk hiasan dalam akuarium, yang dikenal sebagai ikan hias (Affandi,1992)
Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar (Affandi,1992)
Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga pancing sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan seluruh dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton pertahun (Affandi,1992)
Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan hewan lainnya  adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Karena besarnya peranan gizi bagi kesehatan, ikan merupakan pilihan tepat untuk diet di masa yang akan datang. Selain itu ikan juga baik dikonsumsi oleh anak-anak yang berfungsi dalam perkembangan otaknya. Hal ini disebabkan karena beberapa jenis ikan mengandung sumber DHA yang tinggi misalnya ikan tongkol dan ikan kod (Retno,2014)
Selain digunakan sebagai bahan makanan ikan juga digunakan sebagi bahan obat-obatan. Salah satu contohnya yaitu ikan gabus. Ikan gabus merupakan ikan ikan air tawar. Ikan gabus sangat kaya albumin, jenis protein yang mempercepat penyembuhan pascaoperasi dan melahirkan. Zat ini juga membantu pertumbuhan anak dan menambah berat badan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Keunggulan ikan gabus adalah kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Kadar protein per 100 gram ikan gabus setara ikan bandeng, tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan lele maupun ikan mas yang sering kita konsumsi(Retno,2014)
Untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan adanya identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh ikan. Dengan melihat morfologi ikan kita dapat mengelompokkan ikan/hewan air. Sistem atau cara pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata kelas pisces ini adalah:
1.        Mengetahui struktur morfologi dari kelas pisces.
2.        Mengetahui karakter dan sifat-sifat untuk pengidentifikasian dan pengklasifikasian kelas pisces.
3.        Untuk mengetahui jenis-jenis dari kelas pisces.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Pisces disebut hewan poikiloterm karena suhu tubuh tidak tetap  (berdarah dingin), yaitu terpengaruh suhu disekelilingnya. Ikan bernafas dengan insang (operculum) dan dibantu oleh kulit, tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi berenang. Pada ikan jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik, dan tubuh terdiri atas kepala dan badan. Ikan berenang dengan bantuan sirip. Jumlah sirip pada berbagi jenis ikan berbeda-beda.(Campbell, 2004)
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang penyusunnya, kelas pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan Osteichtyes. Ciri- ciri kelas Agnatha adalah   mulut tanpa rahang ( bentuk bulat ) ,tubuh gilig/ silindris  tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip berpasangan, cekung hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang terletak dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh (Brotowidjoyo,1995).
Kelas Chondrichthyes (Ikan bertulang rawan) kerangkanya terdiri atas tulang rawan dan bukan tulang keras. Ciri-cirinya memiliki endoskeleton yang relative lentur yang terbuat dari tulang rawan, memiliki rahang dan sirip berpasangan yang berkembang dengan baik, respirsi melalui insang,pembuahan internal, bisa bertelur atau melahirkan anak, memiliki indera yang tajam, termasuk system gurat sisi, suatu barisan organ mikroskopis yang sensitive terhadap perubahan tekanan air di sekitarnya.
Ikan bertulang rawan sebagian besar hidup di laut. Hewan yang bertulang rawan di antaranya termasuk hiu, ikan pari, dan chimaera. Hiu bertubuh langsing. Bagian atas sirip ekornya lebih panjang daripada bagian bawah. Hiu tidak memiliki kantung udara. Ikan pari berbadan pipih atas bawah.Tubuh pipihnya berperan untuk menyembunyikan diri di dasar perairan dan untuk menggali pasir guna mencari makanan berupa hewan lunak dan udang-udangan. Beberapa jenis ikan pari memiliki duri pada ekornya yang seperti pecut dan berfungsi untuk melindungi dari serangan musuh.Jenis lainnya juga ada yang memiliki sengatan listrik (Yasin, 1984).
Rahang dan sirip berpasangan berkembang dengan baik pada ikan bertulang rawan. Subkelas yang paling besar dan paling beraneka ragam terdiri dari hiu dan ikan pari. Subkelas kedua terdiri atas beberapa lusin spesies ikan tidak umum yang disebut chimaera atau ratfish. Chondrichthyes memiliki kerangka bertulang rawan dan kerangka bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang setelahnya (Campbell, 2004).
Ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak ditemukan struktur yang mirip paru-paru. Sistem ekskresi ikan seperti juga vertebrata lain yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolism protein. Untuk itu berkembang tiga tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros. Pada ikan hiu fungsi duktus gonad dan ginjal telah berkembang dilengkapi dengan duktus urinaria. Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh (Rudiyanto, 2011).
Beberapa ikan hiu, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar bisa yang sangat beracun. Sebahagian besar racun itu sendiri adalah toksin berasaskan protein yang menyebabkan kesakitan pada mamalia dan biasa juga mengubah kadar degupan jantung dan pernafasan. Ada beberapa ikan hiu yang mempunyai organ luminesen. Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive sebagai katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di laut dalam
Osteichthyes atau ikan bertulang sejati, terdiri atas kurang lebih 25000 spesies baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies. Tubuh berukuran antara 1 cm dan lebih dari 6m, ikan bertulang keras sangat melimpah di laut dan hampir setiap habitat air tawar dan merupakan vertebrata yang paling sukses, dan yang berkembang menjadi vertebrata darat atau tetrapoda(Kottelat, 1993)
Ciri-ciri Kelas Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati) yaitu kulit ditutupi dengan sisik dermal yang pipih atau plat tulang, tapi kadang-kadang tidak bersisik. Rahang merupakan struktur yang kompleks dibangun oleh sejumlah tulang sejati terutama tulang dermal (unsur tulang rawan yang direduksi). Pada umumnya rangka terdiri atas tulang sejati, tapi tulang rawan terdapat pada beberapa golongan (Coelacanthiformes dan Acipenseridae). Ruang insang ditutupi dengan tiga tulang dermal yang besar disebut operculum. Tiap lengkung insang berfilamen (septum direduksi dan tidak melebihi panjang filamen). Paru-paru atau gelembung renang berkembang sebagai penonjolan keluar dari saluran pencernaan makanan (Alamsjah,1974)
Ikan bertulang sejati berbeda dengan ikan bertulang rawan dalam berbagai hal. Salah satu perbedaannya ialah pada perkembangan paru-paru dan gelembung renang sebagai suatu divertikulum dari usus bagian depan. Gelembung renang merupakan alat hidrostatik, sedangkan paru-paru merupakan ciri khas dari tiga subclass ikan bertulang sejati yaitu Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii di dalamnya termasuk Rhipidistia yang sekarang telah musnah yang diduga merupakan leluhur dari tetrapoda, dan ikan paru-paru sekarang. Pada subkelas ketiga yaitu Actinopterygii divertikulum dari usus depan berkembang menjadi gelembung renang yang mempunyai fungsi sebagai alat hidrostatik(Kimball, 1983)
   Hampir semua ikan bertulang sejati memiliki endoskeleton dengan matriks kalsium fosfat yang keras. Kulitnya seringkali tertutupi dengan sisik pipih bertulang yang berbeda strukturnya dari sisik berbebtuk gigi pada hiu. Kelenjar pada kulit ikan bertulang keras, menekresikan mukus yang memberikn hewan itu kulit licin yang khas, suatu adaptasi yang mengurangi gesekan selama berenang sama dengan hiu, ikan bertulang memiliki sistem gurat sisi yang tampak jelas sekali sebagai barisan saluran kecil pada kulit disetiap sisi tubuh (Kottelat, 1993).
Ikan bertulang sejati bernafas melewatkan air melalui empat atau lima pasang insang Air disedot ke dalam mulut, melalui faring, dan keluar diantara celah insang karena pergerakan operkulum dan kontraksi otot yang mengelilingi ruang insang tersebut. yang terletak di dalam ruangan-ruangan yang tertutup oleh suatu penutup pelindung yang disebut operkulum. Proses ini memungkinkan seekor ikan bertulang untuk bernafas saat diam atau tidur. Adaptasi lain dari sebagian besar ikan bertulang keras yang tidak ditemukan pada hiu adalah gelembung renang suatu kantung udara yang membantu mengontrol  pengambangan ikan tersebut. Perpindahan gas-gas antara kantung renang dan darah mengubah volume kantong itu dan menyesuaikan kerapatan ikan. Akibatnya, banyak ikan bertulang keras, berlawanan dengan sebagian besar hiu, dapat menghemat energi dengan cara tidak bergerak (Storer, 1957).
Ikan bertulang sejati umumnya adalah perenang yang dapat mengontrol arah, siripnya yang lentur lebih sesuai untuk pengendalian dan pendorongan dibandingkan dengan sirip hiu yang lebih kaku. Ikan bertulang keras yang paling cepat, yang dapat berenang dalam jarak pendek dengan kecepatan mencapai 80 km/jam, memiliki bentuk badan dasar yang sama dengan hiu. Ternyata, bentuk tubuh ini yang disebut fusiform (yang meruncing pada kedua ujung), sangat umum ditemukan pada semua ikan perenang cepat dan mamailia air seperti anjing laut dan paus. Air kurang lebih ribuan kali lebih rapat dibandingkan dengan udara dan dengan demikian tonjolan sedikit saja yang menyebabkan gesekan akan lebih mengganggu pada ikan dibandingkan pada burung. Terlepas dari asal usul mereka yang berbeda, kita seharusnya memperkirakan bahwa ikan perenang cepat da mamalia laut memiliki bentuk yang langsing karena hukum hidrodinamika bersifat universal. Inilah contoh lain evolusi kovergen (Sjafei, 1989.)
Rincian mengenai reproduksi ikan bertulang keras sangat bervariasi. Sebagian besar spesies adalah hewan ovivar, yang bereproduksi dengan fertilisasi eksternal setelah betina melepaskan sejumlah besar telur kecil. Namun demikian, fertilisasi internal dan kelahiran merupakan karakteristik spesies yang lain (Bond, 1979)
Baik ikan bertulang rawan maupun ikan bertulang keras menjadi sangat beranekaragam selama masa Devon dan Karboniferus, tetapi jika hiu pertama kali muncul dilaut, ikan bertulang keras muncul pertama kali di air tawar. Gelembung renang telah termodifikasi dari paru-paru sederhana yang telah membantu memperbesar pertukaran gas pada insang, mungkin di dalam kolam atau rawa yang tenang dengan kandungan oksigen yang rendah. Kedua kelompok utama (subclass) ikan bertulang keras yang ada saat ini telah memisah di akhir masa Devon (Rahardjo, 1980)



I.     PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.1    Waktu dan Tempat
Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata dilaksanakan pada hari Senin, 3 Maret 2014 dan10 Maret 2014 pukul 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
1.2    Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah bak bedah, jangka sorong dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ikan air tawar yaituCyprinus carpio(ikan mas),Osphronemous gourami (ikan gurami), Clarias batrachus(ikan lele), Rasbora sp. (ikan pantau), Barbodes binotatus(ikan kapareh) dan Nemacheilus pfeifferae (ikan tali-tali), sedangkan bahan ikan air laut adalah Upeneus sulphureus (ikan pinang-pinang), Sarda orientalis (ikan tongkol), Leiognathus splendens (ikan maco kecil), Carangoides talamparoides(ikan maco besar) dan Sphyraena putnamae(ikan tete).
1.3    Cara Kerja Praktikum
Ikan diletakkan di atas bak bedah dengan kepala di sebelah kiri. Kemudian diambil gambar menggunakan kamera digital dengan penggaris sebagai alat pembanding ukuran. Selanjutnya dilakukan pengukuran dan penghitungan karakter morfogenik yaitu panjang total (PT), panjang standar(PS), tinggi batang ekor(TBE), panjang batang ekor(PBE), panjang predorsal (PPr), panjang dasar sirip dorsal(PdSD), panjang dasar sirip anal(PdSA),tinggi badan(TB),panjang sirip pectoral (PSP), panjang sirip pelvic(PSPe), panjang sirip dorsal terpanjang(PDT), panjang kepala(PK), panjang moncong(PM), diameter mata(DM), panjang rahang atas(PRA), jumlah duri dorsal(JDD), jumlah duri lunak dorsal (JDLd), duri anal (DA), duri lunak anal (DLA), duri pektoral total (DPT) dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG). Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap tipe mulut, tipe ekor, tipe sisik, sungut serta warna ikan dan dicatat pada tabel yang telah disediakan.
III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Cyprinus carpio
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phyllum           : Chordata
Subphyllum     : Vertebrata
Class                : Pisces
Ordo                : Cypriniformes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Cyprinus
Spesies            : Cyprinus carpio
Vern name       : Ikan mas ,Linnaeus, 1758 (FishBase, 2014)

Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 7.5 cm, panjang standar (PS) 6 cm, tinggi batang ekor(TBE) 1 cm, panjang batang ekor(PBE) 0.8 cm, panjang predorsal (PPr) 2.8 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 2 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.4 cm,tinggi badan(TB) 2.5 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.3 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 0.3 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 0.5 cm, panjang kepala(PK) 2 cm, panjang moncong(PM) 0.8 cm, diameter mata(DM) 0.5 cm, panjang rahang atas(PRA) 0.4 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 17 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 16 buah, dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 30 buah. Ikan mas memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik cycloid, tidak mempunyai sungut, dan berwarna keemasan.Indeks panjang kepala adalah 3.75 dari panjang total.Indeks tinggi badan adalah 3 dari panjang total.Indeks lebar mata adalah 5 dari panjang kepala.
Hal in sesuai dengan pendapat Djuhanda (1981), Cyprinus carpio L. mempunyai tubuh simetri bilateral. Tubuh ikan terbagi atas tiga bagian, yakni kepala, batang tubuh, dan ekor, serta memiliki garis literalis (gurat sisi). Pada ujung kepala terdapat mulut yang berbentuk terminal, yakni mulut terletak di ujung hidung dan mulut dapat disembulkan. C. carpio L. mempunyai organ seperti kumis di bagian samping mulut. Memiliki mata yang terletak pada bagian lateral kepala yang saling bersebelahan. Di bagian lateral kepala belakang mata terdapat operkulum yang merupakan penutup insang. Sirip punggung tunggal,mempunyai sungut, tipe sisik    siknoid, sirip ekor homocercal.  Habitat hidup di air laut dan air payau.Keunikan dari ikan ini adalah sangat mudah sekali bertelur dan sisik keperakan keemasan.
4.2 Clarias bathracus

Klasifikasi
Klasifikasi ikan lele
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Siluriformes
Family             : Clariidae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias bathracus(Linnaeus, 1758) (FishBase, 2014)

Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 24 cm, panjang standar (PS) 21 cm, tinggi batang ekor(TBE) 2 cm, panjang batang ekor(PBE) 0.9 cm, panjang predorsal (PPr) 7 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 13.8 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 10.5 cm,tinggi badan(TB) 3.5 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 1.3 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 0.7 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1 cm, panjang kepala(PK) 5.5 cm, panjang moncong(PM) 2 cm, diameter mata(DM) 0.4 cm, panjang rahang atas(PRA) 1.5 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 9 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 8 buah, duri anal (DA) 6 buah, duri lunak anal (DLA) 5 buah, duri pektoral total (DPT) 7 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 10 buah. Ikan lele memiliki tipe mulut inferior, tipe ekor forked, tipe sisik cyclonoid, mempunyai sungut, dan berwarna hitam.Indeks panjang kepala adalah 4.36 dari panjang total.Indeks tinggi badan adalah 6.85 dari panjang total.Indeks lebar mata adalah 13.75 dari panjang kepala.
             Saat pengamatan terlihat kepala lele berbentuk pipih ke bawah (depressed) dengan panjang hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya.  Sesuai pendapat Puspowardoyo (2002), bagian kepala lele dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras. Di dalam bagian kepala ini terdapat rongga yang terletak di atas insang. Di ruangan inilah terdapat alat pernapasan tambahan berupa labirin (aborescent). Dengan alat pernapasan tambahan ini memungkinkan lele menghirup oksigen yang berasal dari luar air. Biasanya, lele melakukan hal ini dengan cara menyembul atau melewati permukaan air. Mulut lele dilengkapi dengan gigi, tetapi hanya berupa permukaan kasar di mulut bagian depan. Lele juga memiliki empat pasang sungut (delapan buah) yang letaknya di sekitar mulut, yakni masing-masing sepasang sungut hidung, sepasang sungut mandibular luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan sepasang sungut maxilar. Selain itu lele memiliki sepasang lubang hidung (nostrils) yang letaknya di bagian anterior. Lubang hidung tersebut sangat sensitif dan berfungsi untuk mendeteksi bau.
Lele memiliki sepasang mata yang bentuknya kecil. Mata lele ini dapat mengenali atau mengidentifikasi warna pada obyek yang dilihatnya. Untuk memfokuskan pandangan, lensa mata dapat bergerak keluar masuk. Lele mempunyai bentuk badan yang unik dibandingkan dengan jenis ikan lainnya, seperti nila, ikan mas, bawal, ataupun gurami. Lele mempunyai bentuk tubuh cenderung bulat dan memanjang serta tidak bersisik. Warna tubuhnya hijau kelabu sampai hitam. Badannya licin karena kulitnya dilapisi lendir. Jika diamati, ada tiga bentuk potongan melintang pada ikan lele, yaitu pipih ke bawah, pipih ke samping (compressed), dan bulat. Bentuk pipih ke bawah merupakan bentuk kepala, potongan membulat ada di bagian tengah badan, sedangkan bagian belakang tubuh cenderung pipih ke samping (Djuhanda, 1981)
Lele dilengkapi lima buah sirip, di antaranya sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Masing-masing sirip tersebut terpisah satu sama Iain. Sirip punggung memiliki panjang hampir memenuhi tiga perempat panjang badan, memanjang hingga hampir mencapai sirip ekor. Sirip ekor terletak di ujung belakang badan, berbentuk bulat, dan berfungsi untuk bergerak. Sementara itu, sirip perut dan sirip dubur terdapat di bawah sirip punggung dan bentuknya membulat. Sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umum disebut patil. Patil merupakan senjata lele untuk membela diri. Selain itu, patil berguna untuk menopang tubuh dan berjalan saat lele berada di darat (Puspowardoyo,1993).

4.3 Osphronemus goramy
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Subfilum         : Vertebrata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Perciformes
Family             : Belontiidae
Genus              : Osphronemus
Spesies            : Osphronemus goramyLacepède, 1801 (FishBase, 2014)
Dalam praktikum didapatkan data pengukuran dan penghitungan ikan gurami (Osphronemus goramy) dengan panjang total (PT) 21cm, panjang standar (PS) 15,5cm, tinggi batang ekor (TBE) 2,5 cm, panjang predorsal (PPr) 8cm, panjang dasar sirip dorsal (PdSD) 5,5cm, panjang dasar sirip anal (PdSA) 9cm, tinggi badan (TB) 7,8cm, panjang sirip pectoral (PSP) 4cm, panjang sirip pelvic (PSPe) 14,5cm, panjang sirip dorsal terpanjang (PDT) 4,5 cm, panjang kepala (PK) 5 cm, panjang moncong (PM) 2cm, diameter mata (DM) 1 mm, jumlah duri dorsal (JDD) 17, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 9, duri anal (DA) 27, duri lunak anal (DLA) 15, duri pectoral total (DPT) 15,jumlah sisik gurat sisi (JSG) 15.
            Ikan ini tidak jauh berbeda dari ikan mas,  Saat pengamatn terlihat bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi, dan pipih ke samping. Bentuk sirip ekor membulat. Ikan ini juga memiliki sepasang sirip perut yang telah mengalami modifikasi menjadi sepasang benang panjang yang befungsi sebagai alas peraba. Menurut Djuhanda (1981), panjang maksimum ikan gurami mencapai 65 cm. Ukuran mulut kecil, miring, dan dapat disembulkan. Gurami memiliki garis lateral (garis gurat sisi atau linea literalis) tunggal, lengkap dan tidak terputus, serta memiliki sisik berbentuk stenoid (tidak membulat secara penuh) yang berukuran besar.  Di daerah pangkal ekornya terdapat titik bulat berwarna hitam.
4.4    Nemacheilus pfeifferae


Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Cyprinoformes
Famili              : Balitoridae
Genus              :Nemacheilus
Spesies            : Nemacheilus pfeifferae
 (Bleeker, 1853) (FishBase, 2014)
Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 5.9 cm, panjang standar (PS) 4.4 cm, tinggi batang ekor(TBE) 0.5 cm, panjang batang ekor(PBE) 0.3 cm, panjang predorsal (PPr) 2.2 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 0.8 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.3 cm,tinggi badan(TB) 0.7 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.3 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 0.2 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 0.6 cm, panjang kepala(PK) 0.9 cm, panjang moncong(PM) 0.4 cm, diameter mata(DM) 0.2 cm, panjang rahang atas(PRA) 0.1 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 14 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 5 buah, duri anal (DA) 6 buah, duri lunak anal (DLA) 3 buah, duri pektoral total (DPT) 9 buah. Ikan tali-tali memiliki sungut, dan berwarna hitam.Indeks panjang kepala adalah 6.5 dari panjang total.Indeks tinggi badan adalah 8.42 dari panjang total.Indeks lebar mata adalah 4.5 dari panjang kepala.

4.5  Rasbora sp.
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Cyprinoformes
Family             : Nemachellidae
Genus              : Rasbora
Spesies            :Rasbora sp. (FishBase, 2014)
Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 5.3 cm, panjang standar (PS) 4 cm, tinggi batang ekor(TBE) 1.5 cm, panjang batang ekor(PBE) 1 cm, panjang predorsal (PPr) 2.3 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 0.5 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.7 cm,tinggi badan(TB) 1.6 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.7 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 0.4 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1 cm, panjang kepala(PK) 1 cm, panjang moncong(PM) 0.3 cm, diameter mata(DM) 0.2 cm, panjang rahang atas(PRA) 0.2 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 8 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 7 buah, duri anal (DA) 7 buah, duri lunak anal (DLA) 6 buah, duri pektoral total (DPT) 9 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 24 buah. Ikan pantau memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik cycloid, tidak mempunyai sungut, dan berwarna hitam kekuningan.Indeks panjang kepala adalah 5.3 dari panjang total.Indeks tinggi badan adalah 3.3 dari panjang total.Indeks lebar mata adalah 5 dari panjang kepala.
Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) termasuk dalam genus Rasbora mempunyai bentuk tubuh memanjang hampir persegi dan ditutupi oleh sisik cycloid yang terdapat mulai dari belakang kepala sampai kepangkal ekor. Perut membundar, sirip punggung berukuran pendek tidak memiliki jari-jari lemak yang mengeras serta terletak di belakang sirip perut bercagak (forked), posisi mulut terminal dan mulut tidak memiliki sungut. Ikan dengan posisi mulut terminal baik mengarah ke atas maupun kebawah menurut WHITTEN dan KOTTELAT dalam PAMUNGKAS (2000) kemungkinan besar hidup di lapisan tengah perairan.
Puntius binotatus
Klasifikasi ikan kapareh
 Kingdom        : Animalia
Filum               : Chordata
Subfilum         : Vertebrata
Kelas               : Pisces
Ordo                : Cypriniformes
Family             : Cyprinidae
Genus              : Puntius
Spesies            : Puntius binotatus(FishBase, 2014)
Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 9 cm, panjang standar (PS) 7 cm, tinggi batang ekor(TBE) 0.9 cm, panjang batang ekor(PBE) 1.3 cm, panjang predorsal (PPr) 3.3 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 1 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 0.6 cm,tinggi badan(TB) 2.4 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.3 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 0.5 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1.3 cm, panjang kepala(PK) 1.7 cm, panjang moncong(PM) 0.4 cm, diameter mata(DM) 0.5 cm, panjang rahang atas(PRA) 0.3 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 8 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 7 buah, duri anal (DA) 6 buah, duri lunak anal (DLA) 5 buah, duri pektoral total (DPT) 8 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 24 buah. Ikan kapareh memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik ganoid, tidak mempunyai sungut, dan berwarna hitam kekuningan.Indeks panjang kepala adalah 5.29 dari panjang total.Indeks tinggi badan adalah 3.74 dari panjang total.Indeks lebar mata adalah 3.4 dari panjang kepala.

Upeneus sulphureus (ikan pinang-pinang)
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Mullidae
Genus              : Upeneus
Spesies            : Upeneus sulphureusCuvier, 1829 (Kumaran dan Randall, 1984)

Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 12.5 cm, panjang standar (PS) 10 cm, tinggi batang ekor(TBE) 1 cm, panjang batang ekor(PBE) 2.5 cm, panjang predorsal (PPr) 4cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) bagian pertama 1.9 cm bagian kedua 1.5 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 1.2 cm,tinggi badan(TB) 3.1 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 2.9 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 2 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) bagian pertama 2.5 cm bagian kedua 1.5 cm, panjang kepala(PK) 3 cm, panjang moncong(PM) 1.2 cm, diameter mata(DM) 0.9 cm , panjang rahang atas(PRA) 0.2 cm. Jumlah duri dorsal(JDD) bagian pertama 7 buah bagian kedua 9 buah, duri anal (DA) 7 buah, duri lunak anal (DLA) 6 buah, duri pektoral total (DPT) 26 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi(JSG) 33 buah. Ikan pinang-pinang memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik ctenoid, mempunyai sungut/barble, mempunyai lateral lain berwarna kuning dan berwarna keemasan.Indeks panjang kepala adalah 0.24 kali dari panjang total. Indeks tinggi badan adalah 0.25 dari panjang total. Indeks lebar mata adalah 0.3 kali dari panjang kepala.
Dari segi morfologinya ikan pinang-pinang memiliki bentuk tubuh bundar, warna tubuh terang polos dengan gurat sisi berwarna kekuningan-kuningan yang dimulai dari tutup insang sampai ekor. Ikan ini memiliki sisik yang sangat jelas dengan tipe ctenoid. Tipe mulut subterminal dan memiliki sepasang sungut, ikan ini terdapat di daerah dasar perairan air laut atau payau dengan jenis makanannya berupa ikan-ikan kecil. Menurut Kumaran (1984), ikan ini hidup pada kedalaman 10-90 m di daerah tropikal.

4.1.8 Sarda orientalis
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Scombridae
Genus              : Sarda
Spesies            :Sarda orientalisTemminck & Schlegel, 1844 (Collette dan Nauen, 1983)
Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 17.5 cm, panjang standar (PS) 14 cm, tinggi batang ekor(TBE) 1.5 cm, panjang predorsal (PPr) 5 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 2.5 cm, tinggi badan(TB) 3.4 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 1.5 cm,panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 1.5 cm, panjang kepala(PK) 4 cm, panjang moncong(PM) 1 cm, diameter mata(DM) 1 cm, panjang rahang atas(PRA) 1.5 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 8 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 6 buah. Ikan tongkol memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, sirip finlet, dan berwarna perak kehitaman. Indeks panjang kepala adalah 0.23 dari panjang total. Indeks tinggi badan adalah 0.19 kali dari panjang total. Indeks lebar mata adalah 0.25 dari panjang kepala.
Ikan tongkol merupakan ikan konsumsi dengan bentuk yang memanjang dan licin yang dapat memudahkannya untuk berenang dengan cepat dia dalam air, sebagaimana diketahui bahwa ikan tongkol adalah salah satu ikan perenang tercepat. Sesuai dengan pendapat Djuhanda (1981), Bentuk tubuhnya seperti belubo dengan kulit yang licin, sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya sangat licin. Ikan tomgkol merupakan ikan perenang tercepat diantara ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut,  dan dada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh sehinggah sirip-sirp ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut sehingga dapat  mempperkuat daya gesekan dari air saat ikan tersebut berenang cepat, da dibelakanng sirip punggungg dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut emlet.

4.1.9 Leiognathus splendens
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Leiognathidae
Genus              : Leiognathus
Spesies            : Leiognathus splendensCuvier, 1829 (Kimura, Peristiwady, Iwatsuki, Yoshino dan Dunlap, 2005)

Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 5.5 cm, panjang standar (PS) 4.4 cm, tinggi batang ekor(TBE) 0.5 cm, panjang batang ekor(PBE) 0.5 cm, panjang predorsal (PPr) 1.8 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) 0.8 cm, tinggi badan(TB) 1.8 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 0.9 cm, panjang sirip pelvic(PSPe) 0.7 cm, panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) 0.8 cm, panjang kepala(PK) 1.8 cm, panjang moncong(PM) 0.3 cm, diameter mata(DM) 0.5 cm, panjang rahang atas(PRA) 0.3 cm, jumlah duri dorsal(JDD) 9 buah, jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 6 buah, duri pektoral total (DPT) 6 buah. Ikan maco kecil memiliki tipe mulut terminal dan berwarna keperakan.Indeks panjang kepala adalah 0.4 kali dari panjang total. Indeks tinggi badan adalah 0.4 kali dari panjang total. Indeks lebar mata adalah 0.27 dari panjang kepala.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut : bentuk tubuh sangat pipih, tipe letak mulut superior, tipe sirip ekor runcing, bentuk garis sisi (lateral line) melengkung, warna dan corak tubuh : kepala berwarna abu-abu kehitaman, perut berwarna abu-abu keputihan, sedangkan ekor berwarna abu-abu, bagian dan organ yang khas adalah bentuk tubuh yang pipih dan memanjang, tipe mulut superior dan sisi yang tajam
4.1.10 Carangoides talamparoides
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Carangidae
Genus              : Carangioides

Spesies            : Carangoides talamparoides  Bleeker, 1852 (Paxton, Hoese, Allen, dan Hanley, 1989)


Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 19 cm, panjang standar (PS) 15.5 cm, tinggi batang ekor(TBE) 1.9 cm, panjang batang ekor(PBE) 2 cm, panjang predorsal (PPr) 6 cm, panjang dasar sirip dorsal(PdSD) bagian pertama 2 cm bagian kedua 4.5 cm, panjang dasar sirip anal(PdSA) 5.5 cm,tinggi badan(TB) 5.5 cm,panjang sirip pectoral (PSP) 2 cm,panjang sirip dorsal terpanjang(PDT) bagian pertama 2.4 cm bagian kedua 2.5 cm, panjang kepala(PK) 4.5 cm, panjang moncong(PM) 1.5 cm, diameter mata(DM) 1.5 cm , panjang rahang atas(PRA) 1 cm. Jumlah duri dorsal(JDD) bagian pertama 7 buah bagian kedua 13­­­ buah,jumlah duri lunak dorsal (JDLd) 17 buah, duri anal (DA) 26 buah, duri lunak anal (DLA) 25 buah, duri pektoral total (DPT) 13 buah. Ikan maco besar memiliki tipe mulut terminal, tipe ekor forked, tipe sisik cycloid, tidak mempunyai sungut/barble, dan berwarna keperakan. Indeks panjang kepala adalah 0.23 kali dari panjang total. Indeks tinggi badan adalah 0.29 dari panjang total. Indeks lebar mata adalah 0.33 dari panjang kepala.
Ikan maco sering dijumpai di lingkungan dasar (demersal) perairan payau ataupun laut. Bentuk tubuhnya pipih ramping dengan warna tubuhnya silver (terang polos). Tipe mulut ikan ini terminal dan mulutnya prokontraktil, terdapat di bagian tengah perairan dengan jenis makanannya berupa ikan-ikan kecil, kepiting, dan kerang. Menurut Rifai (1983), ikan maco hidup dilaut pada kedalaman 10-100 m di daerah tropik dan tersebar mulai dari India, Papua, Jepang, dan Australia. tipe ekor forked dan memiliki sisik tipe ctenoid.
4.1.11 Sphyraena putnamae
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Sphyraenidae
Genus              : Sphyraena

Spesies            :Sphyraena putnamae Jordan & Seale, 1905(Randall, Allen, dan

Steene, 1990)

Pada pengamatan didapatkan panjang total (PT) 34 cm, panjang standar (PS) 28,5 cm, tinggi batang ekor (TBE) 2,2 cm, panjang batang ekor (PBE) 6 cm, panjang predorsal (PPr) 12,5 cm, panjang dasar sirip dorsal (PdSD) bagian pertama 1.9 cm bagian kedua 1.5 cm, panjang dasar sirip anal (PdSA) 2,4 dan 2,5 cm, tinggi badan (TB) 5 cm, panjang sirip pectoral (PSP) 3 cm, panjang sirip pelvic (PSPe) 2,5 cm, panjang sirip dorsal terpanjang (PDT) bagian pertama 2.5 cm bagian kedua 1.5 cm, panjang kepala (PK) 2,5 dan 2,7 cm, panjang moncong (PM) 4,5 cm, diameter mata (DM) 1,5 cm , panjang rahang atas (PRA) 1,8 cm. Jumlah duri dorsal (JDD) bagian pertama 5 buah bagian kedua 9 buah, duri anal (DA) 9 buah, duri lunak anal (DLA) 8 buah, duri pektoral total (DPT) 14 buah dan jumlah sisik pada gurat sisi (JSG) 118 buah. Ikan ini memiliki tipe mulut superior, tipe ekor forked, tipe sisik cycloid, tubuh berwarna hitam keperakan.

4.2 Kunci Determinasi

1.    a. Ikan air tawar…………………………...……………… ……2
b. Ikan air laut…………………………………..…….…………6
2.    a. Memilki pelvic yang bermodifikasi…………………………Osphronemus goramy
b. Tidak memiliki sirip pelvic……………………………..........3
3.     a.Memiliki sungut………………………………………………4
b. Tidak memiliki sungut………………………………………..5
4.    a.Memiliki sisik……………………………………………..... Nemacheilus pfeifferae
b. Tidak memiliki sisik………………………………………..Clarias batharacus
5.  a. Warna orange………………………………………………Cyprinus caprio
     b. Tidak bewarna orange……………….…………………… 6
6. a. tidak garis lateral tebal……………………………………..Barbodes binotatus
     b. tidak memiliki garis lateral tebal………………………….Rasbora sp
7.  a. memiliki tipe mulut superior..............................................Sphyraena putnamae
     b. Tidak memiliki tipe mulut superior...................................8
8.  a. Memiliki modifikasi sungut..............................................Upneus sulphurens
     b. Tidak memiliki modifikasi sungut....................................9
9.  a. Memiliki finlet.................................................................Sarda orientalis
     b. Tidak memiliki finlet......................................................10
10. a. Ukuran kecil dari 6 cm...................................................Leiognathus splendens
   b. Ukuran besar dari 6 cm....................................................Carangoides talamparoides



V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilaksaakan dapat disimpulkan sbagi berikut:
1.      Pada pengamatan terlhat bahwa hanya ikan gurami yang memilki sisik tipe ekor membulat.
2.      Ikan gurami memilki modifikasi perut berbentuk benang panjang yang berfungsi sebagai sensor.
3.      Ikan lele mempunyai sungut pada bagian mulutnya yang berjumlah 4 pasang.
4.      Hamper seluruh ikan pengamatan yang memiliki sisik dengan tpe cycloid sedangkan ikan kapareh memilki sisik bertipe ganoid.
5.      Pada Sarda orientalis ditemukan finlet.
6.       Trichiurus lepturus memiliki badan yang sangat panjang dan juga mempunyai gigi-gigi yang tajam.
7.      Leiognathus splendens memiliki ciri khas berupa mulut prokontraktil.

5.2. Saran
Untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya sebaiknya semua anggota kelompok ikut dalam melakukan pengamatan, agar waktu praktikum bisa dimanfaatkan dengan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Brotowidjoyo. 1995. Zoologi. Surabaya: penebar Swadaya.

Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga

Djuhanda,T. 1981. Dunia Ikan. Bandung: Penerbit Armiko

FishBase Team. 2014.http://www.fishbase.org/search.php. Stokholm, Sweden.

Kimball, john. 1985. Biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.

Kumaran, M. And J. E. Randell. 1984. Upeneus sulphureus. http://fishbase.org,

Puspowardoyo, H. dan Djarijah A.S. 2002. Pembentukan dan pembesaran ikan lele Dumbo Hemat Air. Bandung: Kanisius

Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Retno, Kentoro. Ikan gabus konsumsi dan khasiatnya. http://www.soneta.org. diakses pada 6 Maret 2014.

Rifai, Sjamsudin Adang, dkk. 1983. Biologi Perikanan 2. Jakarta; Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Storer, T.J. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. McGraw Hill Book
Company, Inc., New York.

Yasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar