LAPORAN PRAKTIKUM
METODA
LAPANGAN
Oleh
:
ELFI
RAHMI (1210422050)
Kelompok
: II(dua)
Nama
Anggota Kelompok :
1. Mahfud
Huda (1210422022)
2. Putri
Tri Ningsih (1210421006)
3. Rahmi (1210422010)
4. Novia
Liza R. (1210422042)
Asisten
Pendamping :

LABORATORIUM
TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
ANDALAS
PADANG,
2014
METODA-METODA
LAPANGAN
Pengidentifikasian hewan vertebrata dapat dilakukan dengan
melakukan interaksi dengan hewan tersebut. Interaksi ini dapat dilakukan dengan
melakukan riset kelapangan dengan metode lapangan. Metoda lapangan merupakan
suatu teknik yang dilakukan untuk mengkoleksi dan mengidentifikasi hewan
vertebrata. Metode lapangan terdiri atas dua jenis yaitu metoda aktif dan
metoda pasif. Metoda aktif merupakan suatu metoda dimana manusia berinteraksi
langsung dengan hewan sasaran seperti pelacakan, pengejaran dan lain-lain.
Contohnya pencarian amphibi pada malam
hari.
Sedangkan metode
pasif yaitu suatu metode dimana manusia tidak berinteraksi langsung dengan
hewan tetapi dilakukan dengan menggunakan alat bantu dan sifatnya menunggu
kedatangan hewan ditempat instalasi alat. Metoda pasif yang sering digunakan
untuk beberapa kelas vertebrata dibedakan atas.
1. Kelas Pisces
Metoda pasif yang digunakan untuk menangkap dan mengkoleksi
pisces diantaranya fish trap, bubu, jala, pukat dan setrum. Diantara semua
metoda ini yang sering digunakan adalah teknik fish trap. Fish trap merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menangkap
ikan yang berbentuk segi empat y ang terbuat
dari rajutan tali khusus dan memilki dua mulut. Fish trap dipasang did aerah
perairan seperti danau, laut dan sungai. Alat ini dipasang dari pukul 06.00-
16.00. Pemasangan Fish trap disungai
dipasang berlawanan arah dengan arah arus air sungai. Dan setelah itu fish trap diikatkan pada batu atau
ranting agar tidak terbawa arus. Untuk memancing agar ikan masuk kedalam Fish trap diletakkan pelet yang
dibungkus dengan kain kasa sebagai umpan. Pelet digantung dibagian atas fish trap. Setelah itu fish trap dibenamkan didalam air. Prinsip
kerja dari alat ini adalah jika ikan sudah masuk kedalam tidak akan bisa
keluar. Pemeriksaan dilakukan setiap satu jam.

Gambar
1. Fish trap
Selain menggunakan Fish
trap penangkapan ikan juga sering digunakan yaitu bubu. Bubu merupakan
perangkap ikan yang terbuat dari bambu berbentuk tabung. Bubu merupakan alat
tradisional untuk menangkap ikan. Agar dengan mudah mendapatkan ikan diletakkan
cacing yang digantung dibagian tengah sebagai umpan. Kemudian bubu dibenamkan
diair dan di ikat dengan tali agar tidak terbawa oleh arus. Bagian ujung bubu
diletakkan berlawanan arah dengan arah arus air sungai.


Gambar
2. Bubu
Alat penangakapan ikan lain yaitu
dengan cara disetrum. Alat penyetrum terdiri atas dua bagian yaitu kotak arus
dan tongkat untuk penyaluran arus ke air. Tegangan yang digunakan untuk alat
ini cukup rendah yaitu hanya 15 volt. Namun, penggunaan alat setrum kurang
efektif karena akan merusak ekosistem air dan juga alat ini berbahaya bagi
penggunanya apabila kurang berhati-hati.
2. Kelas Amphibi
Untuk
mengkoleksi dan mengidentifikasi hewan amphibi dapat dilakukan dua metoda yaitu
metoda aktif dan metoda pasif. Metoda pasif yang biasanya digunakan adalah
pitfall trap.Pitfall trap merupakan
salah satu metoda yang digunakan untuk menangkap hewan melata seperti hewan
amphibi dan hewan reptilia. Pitfall trap
merupakan metoda pencarian pasif pada hewan amphibi dengan menggabungkan antara
perangkap jatuh dan pagar pengarah. Metoda pitfall
trap menggunakan terpal sebagai pagar pengarah dan kaleng sebagai wadah
penampung.
Cara kerjanya yaitu pertama tancapkan bambu pada tanah
sebagai tiang penahan terpal. Kemudian rentangkan terpal dan ikatkan pada bambu
dan benamkan sampai kedalaman 10 cm. setelah itu gali beberapa lobang untuk
membenamkan wadah penampung disekitar terpal. Wadah penampung diletakkan di
dalam tanah dengan kedalaman disesuaikan dengan wadah,sehingga posisi bagian
atas wadah sejajar dengan permukaan tanah. Agar hewan yang terperangkap tidak
melepaskan diri disekeliling wadah diolesi dengan sabun colek.

Gambar
3. Pitfall trap
Selain
menggunakan metoda pasif untuk menangkap amphibi dan reptilia juga digunakan
metoda aktif. Metoda aktif yang sering digunakan yaitu night visual encounter. Metoda ini dilakukan dengan menangkap hewan
sasaran pada malam hari dengan menggunakan penerangan. Hal ini dilakukan karena
hewan amphibi dan reptil aktif pada malam hari.
Cara kerjanya ketika melihat hewan sasaran ,arahkan cahaya
ke arah mata hewan untuk membutakannya dan langsung dicengkram dengan tangan.
Hewan ini dilumpuhkan dibagian pinggang dan dimasukkan kedalam kantong palstik
untuk sementara waktu sebelum diidentifikasi
3. Kelas Reptil
Metoda
yang digunakan untuk menangkap reptil pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
metoda yang digunakan untuk menangkap amphibi. Pada reptil juga dilakukan
dengan metoda pitfall trap. Bedanya
pada amphibi pitfall trap diletakkan
pada daerah pinggi sungai. Sedangkan pada reptil pitfall diletakkan
disemak-semak.
Untuk pengkapan ular digunakan metoda yang berbeda dari
metoda penangkapan reptilia lain. Untuk menangkap ular digunakan metode snake hook dan snake tunk. Snake hook
dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa tongkat. Selain menggunakan snake hook ,penangkapan ular juga bisa
dilakukan dengan snake glue. Snake glue merupakan lem yang dapat
memerangkap hewan yang lewat diatasnya. Lem ini direkatkan pada pohon yang
diperkirakan sering dilewati oleh kadal dan ular pohon. Metoda lain dalam
penangkapan ular adalah dengan metoda paralon. Cara kerjanya pertama tutup
salah satu ujung paralon dan masukkan umpan. Sehingga ketika
ular masuk kedalam paralon , hewan tersebut tidak bisa keluar lagi, karena pada
prinsipnya ular tidak bisa bergerak mundur.
4. Kelas Aves
Untuk mengoleksi dan mengidentifikasi aves umumnya
menggunakan metoda pasif. Dan metoda yang sering digunakan yaitu digiscoping dan metoda mist net. Digiscoping
merupakan suatu upaya untuk mendapatkan gambar dari burung dengan menggabungkan
teropong monokuler dengan kamera digital dengan menggunakan converter. Teknik digiscoping dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis burung yang tidak bisa ditangkap atau burung yang
terbang tinggi misalnya burung elang. Setelah mendapatkan gambar dari hasil
pengamatan dilakukan identifikasi dengan mengunakan buku identifikasi MacKinnon.
Cara kerja dari digiscoping yaitu dengan meletakkan tripod di atas permukaan tanah,
setelah itu lensa monokuler dipasang diatasnya, kemudian lakukan pengamatan.
Untuk mengambil gambar hewan tersebut dapat disambungkan dengan kamera digital.
Teknik digiscoping
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penggunakan digiscoping yaitu jenis burung yang
tidak bisa ditangkap dengan menggunakan mist
net bisa dilihat dengan menggunakan digiscoping.
Bahkan dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang didapatkan bisa lebih
baik dan jelas. Sedangkan kelemahan dari penggunaan digiscoping yaitu kita hanya bisa melihat gambar dari burung dan
tidak dapat memegang dan mengkoleksi secara langsung..
Sebaiknya saat menggunakan metode digiscoping pengintipan dilakukan dibalik pohon yang berbuah banyak,
dan dilakukan dipagi hari yaitu antara pukul 06.00-08.00 ,karena burung
biasanya aktif pada pagi hari. Selain itu saat melakukan metode ini kita
menggunakan pakaian yang warnanya tidak mencolok atau sebaiknya menggunakan kaos
oblong dengan warna gelap. Karena jika menggunakan pakaian berwarna terang burung akan menghindar.
Berikut adalah foto-foto dari peralatan digiscoping.



Gambar
4.Three pod dan lensa binokuler
Metoda kedua yang sering diguanakan yaitu mist net. Mist net merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menangkap
burung. Mist net dibuat dengan
menggunakan jala yang terbuat dari nilon berwarna gelap sehingga tidak terlihat
oleh burung. Jala ini memiliki ukuran
yang berbeda-beda dari 6,9,12 sampai 18 meter, dengan tinggi 2,5 meter.
Pemasangan jala ini agak longgar agar burung yang terperangkap pada jala tidak
bisa lepas. Mist net biasanya terdiri
dari empat kantong dan terdiri atas 4 tali dengan tali pertama memilki warna
yang berbeda dari tali alinnya , tujuannya agar memudahkan saat pemasangan net
pada galah.
Cara pemasangan mist net yaitu dengan memakai dua buah tiang kayu. Mist net direntangkan pada daerah yang
sering dilewati oleh hewan sasaran. Jika tidak bisa memasang mist net, kita
dapat menggunakan tongkat. Sebaiknya mist
net dipasang pada pepohonan yang rimbun dan juga pepohonan yang berbuah
banyak yang menjadi makanan bagi burung. Pemasangan mist net sebaiknya 50 cm diatas permukaan tanah.
Mist
net mulai dipasang pada pukul 06.00 sampai 18.00, dengan pemeriksaan setiap
satu jam. Burung yang tertangkap pada mist
net dilepaskan secara berurutan dimulai dari kaki ,sayap kemudian kepala
dan ekor. Tujuannya agr urung tidak terlepas dan mist net tidak rusak. Saat melakukan metode ini sebaiknya memakai
pakaian yang tidak berwana terang agar burung sasaran tidak takut.
Kelebihan dari penggunaan mist net adalah kita bisa menangkap berbagai jenis burung dalam
jumlah banyak bahkan sampai ratusan dalam sehari. Sedangkan kekurangan dari
penggunaan mist net adalah burung yang
terjerat bisa mati jika terlambat saat pengecekan. Selain itu burung yang bisa
ditangkap hanya jenis burung yang terbang rendah.


(a) (b)
Gambar
5. (a) tongkat, (b) mistnet
5.
Kelas
Mamalia
a.
Camera trap
Camera trap digunakan untuk menginventarisasi jenis
hewan mamalia besar pada suatu lokasi dengan menggunakan kamera. Kamera trap
sebaiknya dipasang dipunggung bukit. Cara kerjanya yaitu pertama kamera diikat
pada pohon sekitar 50 cm diatas permukaan tanah yang kira-kira sering dilalui
oleh hewan sasaran. Kemudian kamera diberi pelindung agar tidak kehujanan dan juga
dilindungi dengan rantai agar kamera tidak dicuri. Selain itu sebagai
kamulflase kamera, pelindung kamera sebaiknya berwarna senada dengan pohon.
Dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang didapatkan
bisa lebih baik dan jelas bahkan bisa merekam video sekaligus mengambil gambar.
Kamera trap modern berukuran lebih kecil dan gambar yang dihasilkan bukan lagi
hitam putih tetapi gambar berwarna.
Kamera trap terdiri atas ;1) Kamera pocket; 2). Sensor ,
yang terdiri dari 4 buah tombol, yaitu; a). Kamera (atas), laser (bawah); b).
Delay A dan Delay B; c). Start, untuk memulai dan memanaskan kamera; d). tombol
24 hours (kamera aktif 24 jam penuh), day only (aktif 12 jam saja atau siang
hari saja), masa aktif dari kamera.
Camera trap juga dilengkapi dengan infra red, delay, flash dan beberapa tombol pengaturan. Infra
red berfungsi untuk mensensor adanya pergerakan sehinngga kamera secara
otomatis akan mengambil gambar. Delay berfungsi untuk pengaturan waktu otomatis
pengambilan gambar. Waktu delay bisa diatur sesuai keinginan. Flash berfungsi
untuk menghasilkan cahaya saat pengambilan gambar. Beberapa hewan berpaling kearah
kamera saat adanya cahaya yang ditimbulkan kamera trap, sehingga kamera bisa
mengambil gambar dari hewan tersebut.
Kelebihan dari penggunaan kamera trap adalah tidak menggunakan
banyak tenaga dan waktu. Sedangkan kekurangan dari metoda ini yaitu kita hanya
bisa mendapatkan gambar dari hewan. Bahkan kadang kita tidak bisa mendapatkan
gambar dari hewan yang diinginkan.


(a)
(b)


(c)
(d)
Gambar 6. (a) camera trap jenis lama, (b) tampak dalam
camera trap jenis lama, (c) camera trap jenis baru, (d) tampak dalam
camera trap jenis baru
b.
Auditory census
Auditory sensus merupakan metoda yang digunakan untuk
menghitung dan mengidentifikasi suatu hewan dengan cara mendengarkan suara dari
hewan tersebut. Metoda ini biasanya dilakukan pada hewan yang memiliki suara nyaring
seperti ungko dan siamang. Metoda Auditory
census dilakukan dipagi hari sekitar pukul 06.00- 08.00, karena hewan
primata biasanya bersuara dipagi hari. Alat-alat yang digunakan adalah kompas, alat perekam dan GPS.
Cara kerja dari metode ini adalah pertama cari tempat yang
sering terdengar suara primata. Setelah itu terdengar suara priamata yang akan
diidentifikasi cari tempat yang nyaman untuk melakukan pengamatan. Usahakan
agar suasana sehening mungkin agar primata tidak terusik. Tentukan arah utara
tempat posisi kita berada dengan menggunakan kompas. Setelah itu kita tentukan
posisi dengan menggunakan GPS. Setelah mendengarkan suara primata, perkirakan
jarak suara dengan posisi kita berdiri. Dari suara primata kita juga bisa
memperkirakan jumlah individu yang berada dilokasi tersebut. Selain menentukan
jumlah individu kita juga bisa menentukan jenis kelamin dari primata. Salah
satu contohnya adalah siamang, suara siamang betina berbeda dengan siamang
jantan, begitu juga dengan ungko. Setelah mendengarkan suaranya kita dapat
merekamnya agar mempermudah proses identifikasi.


Gambar
7. GPS dan kompas
c.
Mammal trap
Merupakan
suatu metode yang digunakan untuk menangkap mamalia kecil sampai ukuran medium.
Alatnya berbentuk persegi panjang yang seluruh bagiannya ditutupi dengan kawat.
Mammal trap ada yang berukuran medium dan kecil,
selain itu Mammal trap terdiri atas dua tipe yaitu ada yang
hanya bisa menangkap satu ekor hewan dan ada yang bisa menangkap lebih dari
satu hewan.
Cara kerja alat ini yaitu pertama
letakkan perangkap dipermukaan tanah. Kemudian didalamnya diletakkan umpan
untuk memancing agar hewan sasaran masuk kedalam perangkap. Ketika hewan
sasaran masuk kedalam perangkap pintu akan tertutup dan hewan tersebut tidak
akan bisa keluar lagi. Umpan yang dimasukkan sebaiknya berbau menyengat.


Gambar
8. Mammal trap
d.
Harpa trap
Merupakan
suatu metoda yang dilakukan untuk menangkap mamalia terbang seperti kelelawar. Harpa trap
berbentuk seperti harpa
karena tersusun atas nilon yang direntangkan secara vertikal pada bidang tegak
lurus penahan besi dan dibawahnya terdapat lapisan kantong dengan permukaan
yang licin. Harpa trap dipasang dimulut goa pada pukul 18.00 sampai
20.00 dan diperiksa setiap dua jam. Jika mulut goa lebih lebar dari Harpa trap
maka mulut goa bisa ditutup
dengan terpal.
Cara kerja dari alat ini adalah setiap kelelawar yang
terbang keluar dari goa akan terbentur ke senar dan akan terjatuh kedalam
kantong plastik dan akan kesulitan untuk keluar. Hal ini terjadi karena bangsa
kelelawar buta, mereka hanya bisa mendeteksi suara. Setelah itu keluarkan
kelelawar dari kantong dengan menggunakan sarung tangan dan bungkus dengan
kain.


(a)
(b)
Keterangan
: (a) Harpa trap , (b) kantong penampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar