Minggu, 02 Maret 2014

laporan praktikum vertebrat metoda lapangan


 LAPORAN PRAKTIKUM
METODA LAPANGAN


Oleh :
ELFI RAHMI (1210422050)
Kelompok : II(dua)
Nama Anggota Kelompok :
1.    Mahfud Huda         (1210422022)
2.    Putri Tri Ningsih     (1210421006)
3.    Rahmi                      (1210422010)
4.    Novia Liza R.          (1210422042)

Asisten Pendamping :


LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
METODA-METODA LAPANGAN
Pengidentifikasian hewan vertebrata dapat dilakukan dengan melakukan interaksi dengan hewan tersebut. Interaksi ini dapat dilakukan dengan melakukan riset kelapangan dengan metode lapangan. Metoda lapangan merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk mengkoleksi dan mengidentifikasi hewan vertebrata. Metode lapangan terdiri atas dua jenis yaitu metoda aktif dan metoda pasif. Metoda aktif merupakan suatu metoda dimana manusia berinteraksi langsung dengan hewan sasaran seperti pelacakan, pengejaran dan lain-lain. Contohnya  pencarian amphibi pada malam hari.
      Sedangkan metode pasif yaitu suatu metode dimana manusia tidak berinteraksi langsung dengan hewan tetapi dilakukan dengan menggunakan alat bantu dan sifatnya menunggu kedatangan hewan ditempat instalasi alat. Metoda pasif yang sering digunakan untuk beberapa kelas vertebrata dibedakan atas.
1.      Kelas Pisces
Metoda pasif yang digunakan untuk menangkap dan mengkoleksi pisces diantaranya fish trap, bubu, jala, pukat dan setrum. Diantara semua metoda ini yang sering digunakan adalah teknik fish trap. Fish trap merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menangkap ikan yang berbentuk segi empat y   ang terbuat dari rajutan tali khusus dan memilki dua mulut. Fish trap dipasang did   aerah perairan seperti danau, laut dan sungai. Alat ini dipasang dari pukul 06.00- 16.00. Pemasangan Fish trap disungai dipasang berlawanan arah dengan arah arus air sungai. Dan setelah itu fish trap diikatkan pada batu atau ranting agar tidak terbawa arus. Untuk memancing agar ikan masuk kedalam Fish trap diletakkan pelet yang dibungkus dengan kain kasa sebagai umpan. Pelet digantung dibagian atas fish trap. Setelah itu fish trap dibenamkan didalam air.  Prinsip  kerja dari alat ini adalah jika ikan sudah masuk kedalam tidak akan bisa keluar. Pemeriksaan dilakukan setiap satu jam.    
Gambar 1. Fish trap   
Selain menggunakan Fish trap penangkapan ikan juga sering digunakan yaitu bubu. Bubu merupakan perangkap ikan yang terbuat dari bambu berbentuk tabung. Bubu merupakan alat tradisional untuk menangkap ikan. Agar dengan mudah mendapatkan ikan diletakkan cacing yang digantung dibagian tengah sebagai umpan. Kemudian bubu dibenamkan diair dan di ikat dengan tali agar tidak terbawa oleh arus. Bagian ujung bubu diletakkan berlawanan arah dengan arah arus air sungai.
Gambar 2. Bubu
            Alat penangakapan ikan lain yaitu dengan cara disetrum. Alat penyetrum terdiri atas dua bagian yaitu kotak arus dan tongkat untuk penyaluran arus ke air. Tegangan yang digunakan untuk alat ini cukup rendah yaitu hanya 15 volt. Namun, penggunaan alat setrum kurang efektif karena akan merusak ekosistem air dan juga alat ini berbahaya bagi penggunanya apabila kurang berhati-hati.
2.      Kelas Amphibi
Untuk mengkoleksi dan mengidentifikasi hewan amphibi dapat dilakukan dua metoda yaitu metoda aktif dan metoda pasif. Metoda pasif yang biasanya digunakan adalah pitfall trap.Pitfall trap merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk menangkap hewan melata seperti hewan amphibi dan hewan reptilia. Pitfall trap merupakan metoda pencarian pasif pada hewan amphibi dengan menggabungkan antara perangkap jatuh dan pagar pengarah. Metoda pitfall trap menggunakan terpal sebagai pagar pengarah dan kaleng sebagai wadah penampung.
Cara kerjanya yaitu pertama tancapkan bambu pada tanah sebagai tiang penahan terpal. Kemudian rentangkan terpal dan ikatkan pada bambu dan benamkan sampai kedalaman 10 cm. setelah itu gali beberapa lobang untuk membenamkan wadah penampung disekitar terpal. Wadah penampung diletakkan di dalam tanah dengan kedalaman disesuaikan dengan wadah,sehingga posisi bagian atas wadah sejajar dengan permukaan tanah. Agar hewan yang terperangkap tidak melepaskan diri disekeliling wadah diolesi dengan sabun colek.
Gambar 3. Pitfall trap
Selain menggunakan metoda pasif untuk menangkap amphibi dan reptilia juga digunakan metoda aktif. Metoda aktif yang sering digunakan yaitu night visual encounter. Metoda ini dilakukan dengan menangkap hewan sasaran pada malam hari dengan menggunakan penerangan. Hal ini dilakukan karena hewan amphibi dan reptil aktif pada malam hari.
Cara kerjanya ketika melihat hewan sasaran ,arahkan cahaya ke arah mata hewan untuk membutakannya dan langsung dicengkram dengan tangan. Hewan ini dilumpuhkan dibagian pinggang dan dimasukkan kedalam kantong palstik untuk sementara waktu sebelum diidentifikasi 

3.      Kelas Reptil
Metoda yang digunakan untuk menangkap reptil pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan metoda yang digunakan untuk menangkap amphibi. Pada reptil juga dilakukan dengan metoda pitfall trap. Bedanya pada amphibi pitfall trap diletakkan pada daerah pinggi sungai. Sedangkan pada reptil pitfall diletakkan disemak-semak.
Untuk pengkapan ular digunakan metoda yang berbeda dari metoda penangkapan reptilia lain. Untuk menangkap ular digunakan metode snake hook dan snake tunk. Snake hook dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa tongkat. Selain menggunakan snake hook ,penangkapan ular juga bisa dilakukan dengan snake glue. Snake glue merupakan lem yang dapat memerangkap hewan yang lewat diatasnya. Lem ini direkatkan pada pohon yang diperkirakan sering dilewati oleh kadal dan ular pohon. Metoda lain dalam penangkapan ular adalah dengan metoda paralon. Cara kerjanya pertama tutup salah satu ujung paralon dan masukkan umpan. Sehingga ketika ular masuk kedalam paralon , hewan tersebut tidak bisa keluar lagi, karena pada prinsipnya ular tidak bisa bergerak mundur.
4.      Kelas Aves
Untuk mengoleksi dan mengidentifikasi aves umumnya menggunakan metoda pasif. Dan metoda yang sering digunakan yaitu digiscoping dan metoda mist net. Digiscoping merupakan suatu upaya untuk mendapatkan gambar dari burung dengan menggabungkan teropong monokuler dengan kamera digital dengan menggunakan converter. Teknik digiscoping dilakukan untuk mengidentifikasi jenis burung yang tidak bisa ditangkap atau burung yang terbang tinggi misalnya burung elang. Setelah mendapatkan gambar dari hasil pengamatan dilakukan identifikasi dengan mengunakan buku identifikasi MacKinnon.
            Cara kerja dari digiscoping yaitu dengan meletakkan tripod di atas permukaan tanah, setelah itu lensa monokuler dipasang diatasnya, kemudian lakukan pengamatan. Untuk mengambil gambar hewan tersebut dapat disambungkan dengan kamera digital.
Teknik digiscoping memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penggunakan digiscoping yaitu jenis burung yang tidak bisa ditangkap dengan menggunakan mist net bisa dilihat dengan menggunakan digiscoping. Bahkan dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang didapatkan bisa lebih baik dan jelas. Sedangkan kelemahan dari penggunaan digiscoping yaitu kita hanya bisa melihat gambar dari burung dan tidak dapat memegang dan mengkoleksi secara langsung..
Sebaiknya saat menggunakan metode digiscoping pengintipan dilakukan dibalik pohon yang berbuah banyak, dan dilakukan dipagi hari yaitu antara pukul 06.00-08.00 ,karena burung biasanya aktif pada pagi hari. Selain itu saat melakukan metode ini kita menggunakan pakaian yang warnanya tidak mencolok atau sebaiknya menggunakan kaos oblong dengan warna gelap. Karena jika menggunakan pakaian berwarna terang  burung akan menghindar.
Berikut adalah foto-foto dari peralatan digiscoping.

Gambar 4.Three pod dan lensa binokuler
 Metoda kedua yang sering diguanakan yaitu mist net. Mist net merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menangkap burung. Mist net dibuat dengan menggunakan jala yang terbuat dari nilon berwarna gelap sehingga tidak terlihat oleh burung.  Jala ini memiliki ukuran yang berbeda-beda dari 6,9,12 sampai 18 meter, dengan tinggi 2,5 meter. Pemasangan jala ini agak longgar agar burung yang terperangkap pada jala tidak bisa lepas. Mist net biasanya terdiri dari empat kantong dan terdiri atas 4 tali dengan tali pertama memilki warna yang berbeda dari tali alinnya , tujuannya agar memudahkan saat pemasangan net pada galah.
             Cara pemasangan mist net yaitu dengan memakai dua buah tiang kayu. Mist net direntangkan pada daerah yang sering dilewati oleh hewan sasaran. Jika tidak bisa memasang mist net, kita dapat menggunakan tongkat. Sebaiknya mist net dipasang pada pepohonan yang rimbun dan juga pepohonan yang berbuah banyak yang menjadi makanan bagi burung. Pemasangan mist net sebaiknya 50 cm diatas permukaan tanah.
            Mist net mulai dipasang pada pukul 06.00 sampai 18.00, dengan pemeriksaan setiap satu jam. Burung yang tertangkap pada mist net dilepaskan secara berurutan dimulai dari kaki ,sayap kemudian kepala dan ekor. Tujuannya agr urung tidak terlepas dan mist net tidak rusak. Saat melakukan metode ini sebaiknya memakai pakaian yang tidak berwana terang agar burung sasaran tidak takut.
Kelebihan dari penggunaan mist net adalah kita bisa menangkap berbagai jenis burung dalam jumlah banyak bahkan sampai ratusan dalam sehari. Sedangkan kekurangan dari penggunaan mist net adalah burung yang terjerat bisa mati jika terlambat saat pengecekan. Selain itu burung yang bisa ditangkap hanya jenis burung yang terbang rendah.

(a)                                     (b)
Gambar 5. (a) tongkat, (b) mistnet
5.      Kelas Mamalia
a.       Camera trap
Camera trap digunakan untuk menginventarisasi jenis hewan mamalia besar pada suatu lokasi dengan menggunakan kamera. Kamera trap sebaiknya dipasang dipunggung bukit. Cara kerjanya yaitu pertama kamera diikat pada pohon sekitar 50 cm diatas permukaan tanah yang kira-kira sering dilalui oleh hewan sasaran. Kemudian kamera diberi pelindung agar tidak kehujanan dan juga dilindungi dengan rantai agar kamera tidak dicuri. Selain itu sebagai kamulflase kamera, pelindung kamera sebaiknya berwarna senada dengan pohon.
Dengan kemajuan teknologi resolusi gambar yang didapatkan bisa lebih baik dan jelas bahkan bisa merekam video sekaligus mengambil gambar. Kamera trap modern berukuran lebih kecil dan gambar yang dihasilkan bukan lagi hitam putih tetapi gambar berwarna.
Kamera trap terdiri atas ;1) Kamera pocket; 2). Sensor , yang terdiri dari 4 buah tombol, yaitu; a). Kamera (atas), laser (bawah); b). Delay A dan Delay B; c). Start, untuk memulai dan memanaskan kamera; d). tombol 24 hours (kamera aktif 24 jam penuh), day only (aktif 12 jam saja atau siang hari saja), masa aktif dari kamera.
Camera trap juga dilengkapi dengan infra red, delay, flash dan beberapa tombol pengaturan.  Infra red berfungsi untuk mensensor adanya pergerakan sehinngga kamera secara otomatis akan mengambil gambar. Delay berfungsi untuk pengaturan waktu otomatis pengambilan gambar. Waktu delay bisa diatur sesuai keinginan. Flash berfungsi untuk menghasilkan cahaya saat pengambilan gambar. Beberapa hewan berpaling kearah kamera saat adanya cahaya yang ditimbulkan kamera trap, sehingga kamera bisa mengambil gambar dari hewan tersebut.
Kelebihan dari penggunaan kamera trap adalah tidak menggunakan banyak tenaga dan waktu. Sedangkan kekurangan dari metoda ini yaitu kita hanya bisa mendapatkan gambar dari hewan. Bahkan kadang kita tidak bisa mendapatkan gambar dari hewan yang diinginkan.
(a)                                                (b)
                                    (c)                                                         (d)
Gambar 6. (a) camera trap jenis lama, (b) tampak dalam camera trap jenis lama, (c) camera trap jenis baru, (d) tampak dalam camera trap jenis baru

b.      Auditory census
Auditory sensus merupakan metoda yang digunakan untuk menghitung dan mengidentifikasi suatu hewan dengan cara mendengarkan suara dari hewan tersebut. Metoda ini biasanya dilakukan pada hewan yang memiliki suara nyaring seperti ungko dan siamang. Metoda Auditory census dilakukan dipagi hari sekitar pukul 06.00- 08.00, karena hewan primata biasanya bersuara dipagi hari. Alat-alat yang digunakan adalah  kompas, alat perekam dan GPS.
Cara kerja dari metode ini adalah pertama cari tempat yang sering terdengar suara primata. Setelah itu terdengar suara priamata yang akan diidentifikasi cari tempat yang nyaman untuk melakukan pengamatan. Usahakan agar suasana sehening mungkin agar primata tidak terusik. Tentukan arah utara tempat posisi kita berada dengan menggunakan kompas. Setelah itu kita tentukan posisi dengan menggunakan GPS. Setelah mendengarkan suara primata, perkirakan jarak suara dengan posisi kita berdiri. Dari suara primata kita juga bisa memperkirakan jumlah individu yang berada dilokasi tersebut. Selain menentukan jumlah individu kita juga bisa menentukan jenis kelamin dari primata. Salah satu contohnya adalah siamang, suara siamang betina berbeda dengan siamang jantan, begitu juga dengan ungko. Setelah mendengarkan suaranya kita dapat merekamnya agar mempermudah proses identifikasi.
Gambar 7. GPS dan kompas

c.       Mammal trap 
Merupakan suatu metode yang digunakan untuk menangkap mamalia kecil sampai ukuran medium. Alatnya berbentuk persegi panjang yang seluruh bagiannya ditutupi dengan kawat. Mammal trap  ada yang berukuran medium dan kecil, selain itu Mammal trap  terdiri atas dua tipe yaitu ada yang hanya bisa menangkap satu ekor hewan dan ada yang bisa menangkap lebih dari satu hewan.
            Cara kerja alat ini yaitu pertama letakkan perangkap dipermukaan tanah. Kemudian didalamnya diletakkan umpan untuk memancing agar hewan sasaran masuk kedalam perangkap. Ketika hewan sasaran masuk kedalam perangkap pintu akan tertutup dan hewan tersebut tidak akan bisa keluar lagi. Umpan yang dimasukkan sebaiknya berbau menyengat.
Gambar 8. Mammal trap
d.      Harpa trap 
Merupakan suatu metoda yang dilakukan untuk menangkap mamalia terbang seperti kelelawar. Harpa trap   berbentuk seperti harpa karena tersusun atas nilon yang direntangkan secara vertikal pada bidang tegak lurus penahan besi dan dibawahnya terdapat lapisan kantong dengan permukaan yang licin. Harpa trap   dipasang dimulut goa pada pukul 18.00 sampai 20.00 dan diperiksa setiap dua jam. Jika mulut goa lebih lebar dari Harpa trap   maka mulut goa bisa ditutup dengan terpal.
Cara kerja dari alat ini adalah setiap kelelawar yang terbang keluar dari goa akan terbentur ke senar dan akan terjatuh kedalam kantong plastik dan akan kesulitan untuk keluar. Hal ini terjadi karena bangsa kelelawar buta, mereka hanya bisa mendeteksi suara. Setelah itu keluarkan kelelawar dari kantong dengan menggunakan sarung tangan dan bungkus dengan kain.
(a)                                                 (b)
Keterangan : (a) Harpa trap  , (b) kantong penampung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar